Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Bisnis ritel konvensional pada tahun ini diyakini memiliki prospek bisnis yang lebih positif setelah 2017 banyak yang berguguran atau gulung tikar.
Kita belum lupa bahwa tahun lalu 7-Eleven, Lotus hingga Debenhams tutup. Selain itu Ramayana dan Matahari juga menutup sejumlah gerainya di beberapa wilayah.
Setelah 2017 menjadi tahun yang kurang cemerlang bagi bisnis ritel, 2018 diharapkan menjadi titik balik buat bisnis tersebut menjaga eksistensinya.
"Kalau perkiraan saya akan lebih baik ya mudah-mudahan akan lebih baik (tahun ini)," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Hariyadi Sukamdani saat dihubungi, Rabu (3/1).
Kata dia, tahun lalu yang membuat bisnis ritel agak lesu lantaran adanya perlambatan ekonomi, ditambah banyak tenaga kerja yang kehilangan mata pencaharian mereka. Kondisi tersebut menggerus daya beli masyarakat khususnya kelas bawah.
Di tambah lagi, 2017 lalu masyarakat kelas menengah yang diharapkan mampu menjadi tumpuan bagi bisnis ritel nyatanya tak banyak membantu. Mereka cenderung menyimpan uangnya ketimbang belanja. Alhasil ritel sepi.
"Pebisnisnya juga wait and see.Sekarang ini kita melihat mulai ada rasa optimis," lanjut Haryadi.
Ditambah lagi ada perbaikan komoditas yang diharapkannya mampu memberi imbas positif bagi pertumbuhan industri ritel.
"Kita melihat juga beberapa komoditas mulai bagus juga. Batu bara juga bisa harganya mulai baik. CPO juga stabil, relatif naik. Ekspor kita kemungkinan juga akan mulai membaik walaupun ekonomi juga dibayang-bayangi faktor global yang juga masih enggak certain, enggak pasti," ujarnya.
"Seperti kasusnya di timur tengah, lalu juga Amerika Serikat sendiri juga lumayan menarik program tax reform-nya, memotong dia punya tarif kan. Itu membayang-bayangi kita juga," tambahnya.(dtf)