Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Kabupaten Bandung Barat. Pasca keracunan tape ketan massal di Purwakarta hingga menewaskan satu orang. Ribuan perajin tape ketan di Kabupaten Bandung Barat mogok produksi.
Tape ketan yang diduga menjadi penyebab keracunan tersebut dijual oleh Omat (47) pedagang asal Kabupaten Bandung Barat.
Pantauan detikcom, Kamis (4/12/2017) di kediaman Omat yang berada di Kampung Cikopeng (02/03), Desa Kidangpananjung, Kecamatan Cililin, Bandung Barat, Kamis (4/12/2017), dapur produksi tape ketan milik Omat masih dipasangi garis polisi oleh Polres Purwakarta.
Tape ketan atau peyeum ketan merupakan makanan tradisional khas Cililin, Bandung Barat. Mayoritas warga di Kampung Cikopeng, Desa Kidangpananjung, Kecamatan Cililin, Bandung Barat memiliki keseharian sebagai perajin tape ketan.
"Akibat kejadian ini ribuan perajin tape ketan di Desa Kidangpananjung mogok produksi," kata Sekertaris Desa Kidangpananjung Asep Sutisna saat dijumpai detikcom di kediaman Omat.
Asep mengungkapkan, 70 persen warga Desa Kidangpananjung memiliki mata pencaharian sebagai perajin tape ketan dan tape singkong yang sudah berlangsung selama empat generasi.
"Satu desa ada sekitar 1.420 KK, 70 persennya memiliki mata pencaharian sebagai perajin tape ketan dan tape singkong," ungkap Asep.
Menurutnya, para perajin mogok produksi karena ketakutan. Notabene para perajin itu ketakutan tidak laku dagangannya. Dampaknya otomatis dirasakan langsung oleh warga.
"Nge-down dan daya ekonominya nge-drop, butuh klarifikasi hasil kejelasan dari hasil tes lab (tape ketan yang dijual Omat) ini untuk dipublikasikan ke publik. Tape berjalan, ekonomi warga berjalan, warga saat ini mengalami kerugian," jelasnya.
Asep menambahkan, kejadian itu baru pertama kali terjadi, dengan adanya kejadian ini ia tidak ingin mendengar ada warga yang ngomong jangan makan tape yang diproduksi di desanya, karena akan berdampak kepada perekonomian warga desa.
"Warga berhenti produksi dulu, tidak tahu sampai kapan, mereka juga kebingungan. Kejadian ini musibah, tidak ada kesengajaan. Kami tidak ingin imbasnya kepada perajin lain, bisa-bisa bangkrut," tambahnya.
Ketua RW 07 Wawan mengatakan, pas kejadian keracunan sejumlah warga di kampungnya sudah tidak memproduksi tape ketan. "Takut, pas rame di TV tidak laku dan dibagikan ke warga," kata Wawan.
Wawan menambahkan, hampir 75 persen warga di kampungnya memiliki mata pencaharian sebagai perajin tape ketan. "Di kampung saya kebanyakan penjual tape ketan. Satu RW sekitar 100 KK, 75 persennya tukang peyeum ketan. Meski tidak sama tapi kebawa-bawa semuanya," pungkasnya. (dtc)