Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Pengusaha memperkirakan akan ada 50 gerai ritel yang tutup tahun ini dengan tujuan mengubah format bisnisnya. Dengan format baru ini peritel diyakini bakal lebih pede menghadapi e-commerce.
Ketua Umum Aprindo Roy Mandey mengatakan, dengan mengusung konsep mixed use atau campuran, ritel konvensional mampu bertahan menghadapi maraknya toko online.
"Konsep mixed use ini merupakan suatu trending offline untuk memberikan keyakinan terhadap masyarakat bahwa berbelanja offline tetap dibutuhkan atau tetap diperlukan. Tentu berkorelasi ke situ," katanya ketika dihubungi detikFinance, Kamis (4/1/2018).
Konsep mixed use ini memungkinkan toko-toko ritel berpadu dengan sarana dan prasarana hiburan maupun kuliner. Di dalamnya bisa ada bioskop, area permainan maupun restoran dan kafe penyedia makanan atau minuman.
"(Belanja online) tidak bisa kuliner, tidak bisa entertain kan. Kalau di offline kan bisa ada coffee shopnya, ada Wi-Fi. Jauh lebih leisure ya (memberikan pengalaman)," papar Roy.
Sekalipun belanja online dianggap memberi kemudahan bagi konsumen, namun menurut dia tidak semua orang akan terus belanja online, karena akan ada titik jenuh sehingga mereka tetap butuh belanja di toko offline.
"Kecenderungan orang belanja online itu paling sebulan sekali, sebulan 2 kali, karena enggak ada experience-nya, orang belanja di online kan enggak bisa dapat experience nya ga bisa dapat atmosfer, ambience. Hakiki manusia itu kan bersosialisasi ya," ujarnya.
"Kebutuhan manusia kan harus ada interaksi. Ketika online tidak ada interaksi kan jadi kering. Online itu khususnya di Indonesia ya, itu belum mendominasi. Baru 2% lah bisa dibilang. Tahun ini 2%-2,5% dibanding menggerus offline, karena offline masih tetep dibutuhkan," tambahnya. (dtc)