Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. Letjen Edy Rahmayadi telah didukung Gerindra, PKS, PAN, Golkar dan NasDem maju Cagub Sumatera Utara (Sumut) di Pilkada serentak 2018. Di sisi lain, PDIP juga mendeklarasikan Djarot Saiful Hidayat sebagai Cagub Sumut.
Mantan Pangkostrad Letjen Edy Rahmayadi sudah memenuhi syarat maju sebagai Cagub Sumut dengan lebih 20 kursi DPRD Sumut. Sedangkan Djarot, PDIP harus berkoalisi dengan beberapa partai politik lain untuk memenuhi syarat maju Cagub Sumut. Lalu bagaimana kekuatan Edy Rahmayadi dan Djarot bila head to head?
Peneliti CSIS Arya Fernandes mengaku belum bisa memprediksi siapa yang akan menang di Pilgub Sumut. Keduanya juga belum pernah terjun dunia politik lokal di Sumut.
"Ya kalau head to head ini dua figur yang secara politik belum pernah berkecimpung cukup lama dalam politik lokal ya. Djarot tidak pernah berkarir politik di Sumut dan si Edy karir militer dugaan tidak tahu ya, tidak lama di Sumut meskipun Edy orang sana," kata Arya Fernandes, Sabtu (6/1).
Arya menilai Djarot akan menghadapi pertarungan Cagub Sumut yang tidak mudah meskipun Sumut merupakan salah satu basis PDIP. Namun partai berlambang moncong putih ini pernah kalah dalam Cagub Sumut tahun 2013 dengan mengusung Effendi Simbolon.
"Head to head bagi Djarot pertarungan tidak mudah karena meskipun Sumut adalah salah satu basis PDIP tetapi kalau kita lihat kecenderungan pilihan misalnya Pilkada tahun lalu calon diusung PDIP Effendi Simbolon tidak berhasil menang," ujar Arya.
Sedangkan Edy, Arya menilai juga akan sulit menghadapi tantangan Pilgub Sumut. Sebab Edy bukan salah satu tokoh Sumut, serta tidak mempunyai basis politik di Sumut.
"Hal sama juga dihadapi Edy tidak pernah berkarir militer panjang di sana, kalau head to head akan seimbang maksudnya background tidak pernah karir di sana. Basis politik tidak ada di sana, bukan tokoh lokal tapi dua-duanya populer," tutur dia.
Sebab itu, Arya menilai mesin partai harus bisa membantu kedua calon jika ingin menang. Sebab keduanya belum pernah berinteraksi langsung dengan masyarakat di Sumut. Keduanya juga tidak pernah berkomunikasi langsung dengan warga Sumut.
"Kondisi seperti ini soliditas mesin partai akan membantu. Karena sisi ketokohan publik Sumut tentu tidak pernah presentasi orang berinteraksi atau bertatap muka langsung belum pernah," tutur Arya.
Selain itu, Arya mengatakan Demokrat bisa membuat koalisi baru di Sumut dengan PKB dan PPP. Apalagi mereka pernah berkoalisi dengan PKB dan PPP dalam mengusung Agus Harimurti di Pilgub DKI.
"Kenapa berpotensi karena mereka punya pengalaman di DKI, Demokrat, PKB dan PPP dengan mengusung Agus. Mereka akan buat blok tersendiri, jadi waktu tersisa ini saya kira intensitas lobi-lobi akan meninggi," kata Arya.
Meski begitu, Arya mengaku calon wakil gubernur yang akan mendampingi Djarot dan Edy bisa membantu. Apalagi jika kedua memilih calon pertahana untuk Pilgub Sumut.
"Calon wakil membantu suara siapa yang akan diajukan, calon kepala daerah petahana akan membantu kenapa? karena basis poltik jelas, interaksi jelas dan sering komunikasi dengan masyarakat di sana," tutur dia.
Diketahui, saat ini Edy Rahmayadi diusung Gerindra, PKS, PAN, Golkar dan NasDem. Sedangkan PDIP mengusung Djarot Saiful Hidayat. Untuk Demokrat, PKB, PPP, Hanura belum mengumumkan calonnya di Pilgub Sumut. (dtc)