Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Jakarta. GoPro sedang mengalami masa-masa sulit. Performa bisnis terus menurun sehingga ratusan karyawannya kena PHK dan terakhir, divisi drone Karma dimatikan.
Untuk mengatasinya, CEO GoPro, Nick Woodman, mengatakan bahwa mereka tengah menjajaki beberapa opsi untuk menjalin kemitraan dengan perusahaan lain, atau bahkan menjual GoPro ke perusahaan yang berminat.
"Jika ada peluang bagi kami untuk bersatu dengan perusahaan yang lebih besar, maka itu akan menjadi perhatian utama kami dalam meningkatkan skala jangkauan GoPro," kata Woodman, seperti dikutip dari CNBC pada Selasa (9/1).
GoPro pun dikabarkan sudah menggaet J.P. Morgan Chase dalam membantu mereka mencari pilihan penjualan yang potensial. Meskipun begitu, Woodman mengaku bahwa rencana untuk tetap independen pun tidak hilang begitu saja.
Pada awal tahun ini, GoPro memang sudah banyak menelan pil pahit dari kegiatan bisnis mereka. Dalam sebuah rilis, perusahaan yang didirikan pada 2002 ini telah menyatakan mundur dari pasar drone dan akan menjual seluruh inventaris yang berhubungan dengan Karma.
Tidak hanya itu, mereka pun memangkas jumlah pekerja mereka menjadi kurang dari seribu secara global, dari sebelumnya yang menyentuh angka 1.254 pada 30 September 2017.
Keuntungan Anjlok
Keuntungan GoPro cukup jauh dari harapan. Pada kuartal IV 2017, mereka diperkirakan mendulang USD 340 Juta (Rp 4,5 Triliun). Jumlah tersebut belum mampu mencapai target yang dicanangkan mereka untuk musim liburan akhir tahun dengan nilai USD 470 Juta (Rp 6,3 Triliun).
Bahkan, pendapatan yang berhasil mereka raih di periode yang sama pada 2016 cukup jauh di atas target mereka itu, dengan total USD 540 Juta (Rp 7,2 Triliun). Hal ini jadi pencapaian terburuk GoPro di masa liburan sejak mereka menjadi perusahaan publik pada 2014.
Dalam mengatasi masalah tersebut, mereka pun memberlakukan potongan harga untuk Hero 6 Black dari USD 499 (Rp 6,7 Juta) menjadi USD 399 (Rp 5,3 Juta) sebagai usaha mendongkrak penjualan.
Parahnya lagi, saham GoPro pun jatuh hingga 30% setelah mereka mengumumkan mundur dari persaingan industri drone. Walaupun begitu, Woodman mengaku tidak menyesal untuk membawa perusahaan ini ke lantai bursa.
Dengan segala masalah yang datang bertubi-tubi, GoPro berencana melakukan restrukturisasi perusahaan, dengan biaya yang dibutuhkan dapat mencapai USD 33 Juta (Rp 496 Miliar). Salah satu aspek yang menelan paling banyak pengeluaran adalah PHK ratusan pegawai dengan alokasi hingga USD 18 Juta (Rp 241 Miliar).
"Kami berkomitmen untuk membangkitkan kembali bisnis kami pada 2018. Dengan roadmap dan pengeluaran operasional yang diprediksi lebih sedikit, GoPro dapat menunjukkan pertumbuhan pada semester I 2018," tutur Woodman.
"Tentunya, kami akan menjalankan bisnis dengan sungguh-sungguh sebagaimana niat kami untuk tetap independen," pungkasnya.(dtn)