Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
MedanBisnis - Washington. Pemerintah Amerika Serikat mengumumkan berakhirnya status perlindungan khusus bagi sekitar 200 ribu imigran El Salvador. Langkah ini bisa mengakibatkan deportasi keluarga-keluarga yang telah mapan dan melahirkan anak-anak di AS.
Menteri Keamanan Dalam Negeri Kirstjen Nielsen pada Senin (8/1) waktu setempat mengumumkan berakhirnya "status perlindungan sementara" (TPS) yang diberikan pada warga El Salvador, yang telah berada di AS pada tahun 2001, ketika dua gempa bumi besar mengguncang negara Amerika Tengah itu.
Mereka diberikan waktu 18 bulan untuk pergi atau akan dideportasi, yang menurut para pejabat adalah waktu yang cukup bagi Kongres untuk mengeluarkan sebuah solusi legislatif guna memungkinkan mereka tetap tinggal di AS.
"Hanya Kongres yang bisa membuat sebuah solusi permanen yang menangani kurangnya status imigrasi yang sah dari mereka yang saat ini dilindungi oleh TPS," demikian disampaikan Departemen Keamanan Dalam Negeri seperti dilansir kantor berita AFP, Selasa (9/1).
Langkah ini merupakan bagian dari kebijakan keras Presiden AS Donald Trump terhadap imigrasi ilegal. Akhir tahun lalu, sekitar 59 ribu warga Haiti dan 5.300 warga Nicaragua yang telah lama bermukim di AS, juga kehilangan status perlindungan serupa. Padahal mereka telah menetap di AS selama puluhan tahun.
Para politikus Demokrat di Kongres AS saat ini juga berjuang untuk mempertahankan hak tinggal di AS bagi sekitar 690 ribu imigran muda yang dikenal sebagai "Pemimpi atau Dreamers", yakni orang-orang yang tiba di AS sebagai anak-anak. Sebelumnya, Trump telah mengatakan bahwa dirinya akan mendukung kompromi mengenai "Dreamers" jika Kongres menyetujui anggaran US$ 18 juta untuk membangun tembok antiimigran di sepanjang perbatasan dengan Meksiko. (dtc)