Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sebagai benda souvenir, Tunggal Panaluan termasuk banyak diminati pembeli. Khususnya turis-turis yang berkunjung ke Kawasan Danau Toba. Harganya pun bervariasi. Mulai dari ratusan sampai puluhan juta rupiah. Tergantung kualitas kayu, detail ukiran dan ukurannya. Kalau di Tomok, Samosir, biasanya yang membeli turis-turis mancanegara. Mereka tertarik dengan tongkat ini, apalagi jika tahu dengan cerita yang ada di dalamnya.
Hal itu dijelaskan Raja Sidabutar, salah seorang budayawan yang juga pemilik salah satu toko souvenir di Tomok. Kepada Medanbisnisdaily.com, Selasa (9/1/2018). Sidabutar mengisahkan Tunggal Panaluan miliknya pernah dibeli seharga Rp 20 juta oleh seorang turis mancanegara.
“Ukurannya memang besar. Ukirannya rapi. Rambut yang menghiasi kepala tongkat itu juga asli rambut manusia. Mungkin itu yang membuat dia tertarik,” akunya.
Dibanding dengan benda-benda souvenir lainnya diakui Raja, Tunggal Panaluan termasuk yang jarang dibeli turis, terutama turis lokal. Menurut Sidabutar mungkin itu disebabkan karena bentuknya yang seram. Mungkin juga karena harganya mahal dibanding dengan souvenir lain. Karenanya dalam beberapa tahun terakhir, Tunggal Panaluan pun dibentuk dengan berbagai variasi baik ukuran maupun jenis kayu.
“Sekarang ini beberapa perajin mulai membuat Tunggal Panaluan berukuran mini, supaya bisa dijual lebih murah. Tapi memang harganya masih lebih mahal dibanding tshirt yang banyak diburu turis. Misalnya untuk yang berukuran 30 cm dijual dengan harga Rp 50-Rp 70 ribu. Namun tetap saja sulit untuk laku. Enggak tau mungkin memang benda-benda seperti ini kurang menarik minat para turis lokal,” katanya.
Dijelaskan Sidabutar dalam seminggu belum tentu ada yang laku. Berbeda halnya dengan tshirt maupun souvenir lain seperti rumah adat Batak Toba yang lebih diminati. Namun Sidabutar mengaku pernah didatangi turis lokal yang ingin membeli Tunggal Panaluannya. Namun karena dilihat tidak ada yang cocok, orang tersebut ingin menempah khusus. Katanya untuk obat. Soal harga mereka bersedia bayar berapapun.
“Ada saja pembeli seperti ini. Mereka mau membeli berapapun harganya asal sesuai dengan permintaannya. Ini kami anggap rezeki nomplok. Soal keyakinan mereka itu bisa dibuat obat, itu terserah pribadi mereka,” katanya.