Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Kasat Reskrim Polrestabes Medan, AKBP Putu Yudha Prawira, mengatakan, Chairul Ridho (27), yang diduga terlibat dalam kasus hilangnya Rp 6 miliar uang kas BRI Cabang Putri Hijau Medan pada Oktober 2017 tewas ditembak karena berusaha melawan petugas saat ditangkap.
"Kalau tewasnya tersangka karena berusaha merebut senjata petugas, jenazahnya sudah dilakukan otopsi di RS tadi pagi," sebut Putu Yudha ketika dikonfirmasi medanbisnisdaily.com, Minggu (14/1/2018)..
Meski demikian, ketika ditanya mengenai kaitannya Ridho atas keterlibatannya dalam penggelapan uang kas BRI yang dilakukan dua tersangka utama, Nanda dan Hendra, Putu tak menjelaskan apapun menyangkut hal tersebut.
Informasi dari pihak keluarga, Ridho dijemput 4 petugas kepolisian saat sedang bekerja di kantornya PT Beringin Gigantara, di Jalan Merak No 58, Medan, Jumat (12/1/2018) sekitar pukul 07.30 WIB. Penjemputan tidak dilakukan secara resmi melalui surat yang diberitahukan kepada pihak manajemen kantor tempatnya bekerja.
Karena keberadan Ridho tidak diketahui, maka pihak keluarga pada Sabtu pagi (13/1/2018) mendatangi Mapolrestabes Medan. "Namun oleh pihak kepolisian yang saya temui dikatakan tidak tahu Ridho berada di mana," kata Jerry, abang Ridho menjawab medanbisnisdaily.com yang menjumpainya di RS Bhayangkara (Brimob), Medan, Minggu pagi (14/1/2018).
Jerry menjelaskan, pada Sabtu, pukul 23.45 WIB, pihak kepolisian dari Polrestabes, yakni Iptu H Manullang menyerahkan surat penangkapan Ridho.
"Polisi datang bersama Kepling bertemu keluarga saya. Sekaligus dikatakan adik saya Ridho sudah meninggal," tuturJerry.
Pihak keluarga, katanya, menolak menandatangani tanda terima surat penangkapan tersebut.
Terkait tuduhan keterlibatan Ridho melarikan uang BRI, Jerry menjelaskan bahwa adiknya berbeda jenis pekerjaan dengan dua karyawan BRI, yakni Nanda dan Herman. Nanda bekerja di bagian TKK (penambahan kas), sedangkan Ridho bekerja di bagian CIT (penutupan setoran) sebagai pekerja outsourcing.
Ia menjelaskan, pada saat peristiwa hilangnya uang Rp 6 miliar milik BRI itu, Ridho sedang berada di Pekanbaru menghadiri pesta pernikahan keluarganya.
"Benar saat itu Ridho berada di Pekanbaru. Dia kirim foto-foto dengan kedua pengantin ke WA-ku," kata rekan sekerja Ridho, Suryono.
Pagi hari Ridho tiba di Pekanbaru, terang Suryono, sore harinya BRI kehilangan uang Rp 6 miliar.
"Selain tidak ada hubungan kerja, masing-masing juga berstatus pegawai di perusahaan yang tidak sama. Nanda dan Herman pegawai BRI, Ridho outsourcing," kata Suryono.
Ditambahkannya, sebelum penjemputan Ridho pada Jumat lalu, sekitar dua minggu lalu dia juga pernah diperiksa pihak kepolisian selama dua hari.
Paman Ridho, Gono, yang diberi kesempatan melihat jasad keponakannya yang terbujur kaku di ruang mayat RS Bhayangkara (Brimob) Medan sempat terdiam beberapa saat sebelum bercerita kepada medanbisnisdaily.com, Minggu (14/1/2018). Bersama Kepala Lingkungan VII Kelurahan Sunggal, Medan Sunggal, Wismadi, Gono masuk ke dalam ruang mayat.
"Kalau dibilang melakukan perlawanan sehingga dia dihabisi polisi, tidak mungkin. Ridho itu badannya kecil, nggak mungkin dia bisa melawan," kata Gono.
Ujarnya, dari paha ke bawah hingga kaki, kondisinya bengkak dan memar. Seperti ada darah yang menggumpal. Naik ke dada sampai punggung belakang, keadaannya serupa. Bengkak dan memar-memar. Kulit tubuhnya yang semula putih berubah seperti menghitam. Diyakini sekujur tubuh Ridho dipukul dengan benda tumpul.
"Dada sebelah kirinya terlihat ada bekas tembakan," papar Gono.
Saat tubuhnya yang terbungkus kain kafan dibaringkan di kediaman orangtuanya di Sunggal, di bagian dadanya terlihat kapas yang berlumuran darah.
Oleh ustadz yang akan menyembahyangkan sebelum dibawa ke liang lahat, kain kafan pada bagian bawah sempat dibuka guna mencari tahu kondisi lukanya.
"Demi keperluan pembuktian hukum sebagaimana dibutuhkan, silakan kepada para wartawan mengabadikannya lewat foto," kata ustadz tersebut.
Terlihatlah kondisi kedua kaki bagian bawah Ridho yang sudah tak normal. Hitam pekat dan bengkak besar. Hanya sesaat dibuka kemudian diikat kembali.
Baginta Manihuruk dan Parulian Hutapea yang menjadi kuasa keluarga Ridho menyebutkan akan melakukan pengusutan atas terjadinya berbagai kejanggalan yang dituduhkan kepada korban, sehingga menyebabkan meninggal dunia.
"Kalaupun dia diterapkan sebagai tersangka kenapa harus dihabisi nyawanya. Kami melihat polisi bertindak menyalahi prosedur," kata Baginta.
Pasca pengusutan, Baginta bersama tim pengacara yang katanya berjumlah besar akan menindaklanjuti.