Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaliy.com - Medan. Guru Besar Universitas Sumatera Utara (USU) yang juga pakar pengelolaan Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Konservasi Sumber Daya Lingkungan, Prof Abdul Rauf, mengatakan, potensi ekonomi di kawasan pesisir banyak yang belum tergali atau dikembangkan.
Selain perikanan potensi ekonomi di kawasan pesisir pantai ini adalah hasil hutan bukan kayu dari hutan mangrove, peternakan dan pariwisata (wisata mangrove).
"Bila kawasan pesisir memiliki hutan mangrove yang baik, maka ikan, udang, kepiting, kerang dan hasil laut lainnya dengan mudah didapat (tidak harus menangkap di laut lepas)," kata Rauf kepada Medanbisnisdaily.com, Senin (15/1/2018), di Medan.
Pernyataan itu disampaikan Rauf juga saat dirinya menjadi nara sumber pada kegiatan Sosialisasi Peningkatan Kesejahteraan Nelayan Melalui Pengelolaan Hutan Mangrove Berkelanjutan, Sabtu (13/1/2018).
Kegiatan yang dilaksanakan oleh Rumah Zakat bekerjasama dengan gabungan kelompok perikanan (Gapokan) itu dipusatkan di KUB Laut Jaya Lingkungan IX Kelurahan Sicanang, Kecamatan Medan Belawan.
Sebagai contoh kata Rauf, buah hutan mangrove sudah dapat dibuat sirup dan dodol mangrove. Kemudian, daun pohon bakau sangat baik untuk pakan kambing, domba atau sapi, sehingga peluang pemeliharaan ternak besar juga terbuka lebar.
"Selain itu, sisa ikan dapat juga dijadikan sebagai sumber pakan ternak unggas. Sehingga di kawasan pesisir pantai ini semua strata lahan bisa menghasilkan atau memiliki nilai ekonomi," jelasnya.
Pengurus Forum DAS Sumut ini mengatakan, mangrove sangat berpotensi menjadi tujuan wisata (Wisata Mangrove). Dengan membuat trak (jalan "layang" setapak menggunakan lantai kayu atau bambu) menelusuri hutan mangrove menuju pantai laut lepas.
Lokasi wisata itu, bisa berupa wisata kuliner khas ikan laut, wisata memancing bahkan wisata bersampan menyusuri paluh diantara pepohonan mangrove.
Pada bagian lain, pengelolaan hutan mangrove untuk budidaya ikan sistem keramba atau tambak dengan konsep silvofishery (sistem agroforestery.
Dimana sistim tambàk atau keramba ini merupakan pengembangan kawasan pesisir pantai yang berorientasi ekonomi dan lingkungan.
"Untuk terwujudnya peningkatan kesejahteraan ekonomi di kawasan pesisir, hal yang penting dilakukan adalah pemeliharaan lingkungan hutan mangrove sebaik-baiknya. Dengan demikian akan tercipta sistem pengelolaan kawasan pesisir berkelanjutan yang dapat menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi dengan tetap memelihara kelestarian lingkungan," terang Rauf.