Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Guna menyerap aspirasi dari masyarakat khususnya media, pasangan bakal calon Gubernur Sumatera Utara Djarot Saiful Hidayat - Sihar Sitorus mengunjungi sejumlah kantor suratkabar di Medan. Pada Rabu (18/1/2018), pasangan yang diusung PDIP dan PPP ini menemui jajaran redaksi SKH MedanBisnis di kompleks Medan Bisnis Center, Jalan S Parman, Medan. Pertemuan berlangsung akrab sekitar satu jam hingga pukul 12.30 WIB.
Antara Djarot - Sihar dan crew MedanBisnis yang dipimpin Pemred Bersihar Lubis, kedua pihak saling lempar pertanyaan dan informasi tentang berbagai kerumitan pembangunan di Sumut, berikut solusi dan prospeknya di masa depan manakala pasangan tersebut terpilih menjadi pemimpin Sumut.
Kata Djarot, karena dia orang non Sumatera Utara, sehingga ditetapkan menjadi figur yang diusung PDIP menjadi calon Gubsu, maka bisa melihat segala persoalan pembangunan yang melilit secara jernih.
Misalnya soal ketergantungan Sumut pada komoditi kelapa sawit dan karet sebagai sumber pendapatan. Ketika harga kedua komoditi tersebut di pasar dunia mengalami gonjang-ganjing, Sumut jadi goyang. Seharusnya tidak demikian jika pertanian kopi, coklat dan sebagainya juga dikembangkan.
"Saya ini sebagai "orang luar" berpikirnya out of the box, makanya ditetapkan jadi calon Gubernur Sumut. Kalau orang sini mungkin menganggap gejolak harga CPO biasa-biasa saja," kata Djarot yang pernah memimpin Blitar selama 10 tahun sebagai walikota (2000-2010).
Sihar menambahkan, sebagai provinsi penghasil CPO, seharusnya di Sumut juga dikembangkan industri hilir. Agar tidak seperti saat ini, di mana yang diekspos hanya bahan baku. Akibatnya, sewaktu-waktu mengalami turbulensi ketika harga mengalami naik turun.
Posisi Sumut yang berdekatan dengan Selat Malaka dan Lautan India juga seharusnya membawa keuntungan besar bagi rakyat jika dikembangkan secara maksimal. Apalagi pemerintah pusat sudah membangun Bandara Kualanamu dan Bandara Silangit. Ditambah tol laut yang juga akan direalisasikan.
Persoalan pelik dalam membangun kawasan wisata Danau Toba sebagai satu dari sepuluh destinasi pariwisata nasional, disebutkan Djarot, terutama karena faktor budaya berpikir warga di tujuh kabupaten di sekelilingnya yang belum baik. Misalnya, warga yang belum peduli terhadap kedatangan turis yang datang ke sana. Seharusnya disambut dengan baik karena pasti mendatangkan keuntungan.
"Soal budaya berpikir sebagai pendukung wisata Danau Toba, warga di sana harus belajar dari orang Bali. Saya lihat sendiri, tarif penginapan dibuat gila-gilaan saat weekend, tarif beca mencekik. Hal semacam itu seharusnya ditata," tegas Djarot.
Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut menyatakan jauh lebih sulit memimpin Jakarta daripada Sumatera Utara. Sekalipun dia bisa memerintahkan seluruh walikota menjalankan kebijakannya. Berdasarkan pengalamannya, setiap hari dia bekerja hingga pukul 2 dinihari di Jakarta.
Katanya, di Sumut harus dibentuk pemimpin wilayah semacam residen pada zaman pemerintahan Belanda. Disebut sebagai badan kordinasi wilayah (Bakorwil). Bakorwil berkordinasi dengan sejumlah bupati/walikota soal pembangunan. Gubernur sesekali saja datang.
Tentang pelayanan masyarakat, Djarot menyebutkan seharusnya semuanya mudah dan transparan. Sehingga SUMUT tidak lagi dikenal sebagai Semua Urusan Memakai Uang Tunai, tetapi Semua Urusan Mudah dan Tunai.
"Semua persoalan di Sumut penyelesaiannya gampang. Yang penting saya menang dulu. Pilih saya dulu," tegas Djarot.