Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sepanjang tahun 2017, serangan hama wereng batang coklat (WBC) pada tanaman padi di Sumatera Utara (Sumut) mencapai 470 hektare. Karena itu petani diminta untuk tetap melakukan pengawasan terhadap tanaman padinya.
Jumlah itu terdiri dari serangan ringan seluas 442,4 hektare, serangan sedang berkisar 23,5 hektare dan serangan berat atau puso seluas 4,1 hektare.
"Tanaman padi yang puso akibat serangan hama wereng hanya ada di Kabupaten Nias induk seluas 4,1 hektare. Di kabupaten lain tingkat serangannya kategori ringan dan sedang," kata Kepala UPTD Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura (PTPH) Sumut Nurhijjah, Kamis (18/1/2018), di Medan.
Menurutnya, serangan hama wereng di Kabupaten Nias sulit dikendalikan karena lokasi yang cukup jauh ditambah minimnya tenaga atau petugas pengamat hama dan penyakit tanaman yang ada di PTPH Sumut. Sehingga tanaman padi yang terserang di Nias tidak dapat dikendalikan.
"Itulah yang menjadi kendala bagi kami di lapangan. Jumlah tenaga kerja yang terbatas tidak mampu menjangkau seluruh kabupaten kota di Sumut," kata Nurhijjah.
Begitupun, kata dia, pihaknya tetap melakukan upaya semaksimal mungkin dalam menekan atau mengendalikan serangan hama wereng dan organisme penganggu tumbuhan (OPT) lainnya yang menyerang tanaman padi petani.
Dikatakannya, daerah yang tanaman padinya terserang hama wereng sepanjang tahun 2017, yakni Kabupaten Madina, Deliserdang, Humbahas, Binjai, Langkat, Batubara, Nias, Nias Selatan, Serdang Bedagai (Sergai) dan Kabupaten Simalungun.
Tingkat serangan yang paling tinggi berada di Kabupaten Sergai seluas 189 hektare, menyusul Kabupaten Deliserdang seluas 138,3 hektare dan Kabupaten Nias 119,4 hektare. Kabupaten lainnya, ada yang tiga hektare seperti Binjai dan 6,5 hektare di Langkat.
Tumbuh-kembangnya hama wereng ini menurut Nurhijjah, karena perubahan ekosistem. Dimana biasanya ada pola tanam dan tertib tanam dimana tanam harus serentak dan ada bera (istirahat) untuk memutus siklus hidup hama wereng sekarang tidak ada lagi.
"Sekarang tanam, tanam dan tanam. Begitu siap panen langsung tanam. Tidak ada lagi yang namanya istirahat atau pergiliran tanaman ke komoditi lain. Itulah yang memicu pertumbuhan hama wereng," jelasnya.
Selain itu kata dia, pemilihan varietas padi juga hampir tidak ada. Sekarang petani bebas menanam padi dengan varietas apa yang ada, padahal harusnya ada pemilihan varietas dengan menyesuaikan musim. Ketika musim hujan, varietas apa yang cocok untuk ditanam begitu juga ketika musim kemarau.
Dengan adanya pemilihan varietas maka hama wereng tidak dapat beradaptasi karena sifat wereng adalah adatif, sangat mudah beradaptasi.
"Sampai sekarang ini, petani masih mengidolakan varietas Ciherang, Mekongga dan Inpari," kata Nurhijjah.