Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. DPR mempertanyakan kesiapan Perum Bulog dalam melakukan impor beras sebanyak 500.000 ton di awal tahun ini. Selain itu, DPR juga bertanya mengapa stok beras Bulog tak mencukupi kebutuhan dan hanya sedikit menyerap produksi para petani.
"Bagaimana stoknya sampai di bawah 1 juta ton? Apa Bulog kalau belanja hanya tunggu perintah saja? Sementara beras ini kan ada siklusnya harusnya sudah diantisipasi," ujar Teguh Juwarno, Ketua Komisi IV DPR dalam rapat kerja bersama Menteri Perdagangan dan jajarannya, di DPR, Jakarta, Kamis (18/1).
Merespons pertanyaan itu, Direktur Utama Perum Bulog, Djarot Kusumayakti, menjelaskan tugas Bulog untuk menyerap gabah petani harus melalui sejumlah proses. Ada beberapa hal yang perlu disiapkan untuk bisa menyerap produksi petani.
"Serapan kami memang di bawah yang ditargetkan. Syarat serapan memang harus dipenuhi kualitas dan harga sebagaimana yang diatur Inpres dan Rakortas melalui stabilitas harga. Harga Rp 7.300 pada Agustus 2017 diputuskan fleksibilitas naik 10% jadi Rp 8.030/kg. Harga itu jauh di bawah harga di mekanisme pasar yang ada. Dengan kondisi itu kami hanya bisa ambil sisa-sisa beras atau gabah yang tidak diambil mekanisme pasar," kata Djarot.
Djarot mengatakan rendahnya serapan Bulog bukan karena masalah ketersediaan beras itu sendiri. Melainkan harganya yang tidak cocok dengan ketentuan yang ada. Akibatnya, kata Djarot, pada 2017 lalu Bulog hanya bisa menyerap 2,16 juta ton beras dari target yang ditentukan sebanyak 3,7 juta ton.
Stok beras itu pun kemudian digunakan untuk keperluan operasi pasar dan beras sejahtera. Di akhir 2017, Bulog memiliki sisa stok hampir 1 juta ton dan harus terus melakukan operasi pasar untuk meredam kenaikan harga yang belakangan terjadi.
"Operasi pasar sampai bulan November kami hanya berkisar 20.000 ton, itu tidak mampu redam harga pasar. Kemudian Desember dilakukan penambahan operasi pasar agar harga turun, itu 30.000 ton. Hasilnya tidak mampu redam harga juga. Kemudian awal Januari untuk tambah pasokan untuk redam harga, operasi pasar sejak Januari sekitar 10 harian, sudah 70.000 ton, namun harga belum banyak menanjak sehingga kami perlu tambah pasokan," katanya.
Karena hal-hal itulah, Djarot mengatakan, stok beras milik Bulog tak mencukupi kebutuhan pasar. Bulog harus mendapatkan pasokan baru dari importasi yang ditugaskan pemerintah ini. (dtf)