Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Cirebon - Dugaan permintaan mahar politik yang dilakukan PKS terhadap Siswandi menuju episode terakhir. Siswandi dan Euis Fety Fatayaty yang gagal diusung Koalisi Umat pada Pilwalkot Cirebon 2018 menjalani pemeriksaan di kantor Panwaslu Kota Cirebon.
Ketua Panwaslu Kota Cirebon Susilo Waluyo menjelaskan saat pemeriksaan tadi Siswandi menceritakan kronologi tentang dugaan permintaan mahar. Pemeriksaan terhadap Siswandi guna menemukan bukti baru.
Susilo menyebut Siswandi dan Euis hanya memperlihatkan adanya percakapan melalui telepon dan aplikasi pesan singkat antara kuasa hukumnya, Bob Hasan, dengan oknum partai PKS yang diduga meminta mahar.
"Hanya memperlihatkan saja, belum di-print. Saya minta secepatnya untuk menyerahkan bukti-buktinya secara fisik," kata Susilo kepada awak media di kantor Panwaslu Kota Cirebon, Jalan Panemparan, Cirebon, Jawa Barat, Jumat (19/1/2018).
Susilo mengatakan percakapan tersebut masih dalam konteks dugaan. Bahkan belum ada nominal nominal yang disebutkan. "Baru pembicaraan, belum terjadi (transaksi)," ucapnya.
Bob Hasan dinilai menjadi kunci untuk melengkapi bukti-bukti lainnya. Menurut Susilo, Siswandi mengakui Bob Hasan terlibat langsung dalam percakapan yang mengarah pada dugaan mahar politik itu.
"Informasi yang disampaikan Pak Sis lebih lengkap dibandingkan Karso. Tidak menutup kemungkinan kita akan meminta keterangan dari Bob Hasan. Rencananya Senin atau Selasa nanti jadwalnya, kita akan menunggu," ujar Susilo.
Di tempat yang sama, Siswandi mengatakan soal mahar politik itu memang ada. Namun, sambung dia, secara fisik mahar tersebut tak ada.
"Mahar ini antara ada dan tiada. Tatkala kita bicara ada memang secara fisik tak ada. Tapi, jika bicara tak ada, cerita (mahar) dan alurnya ada. Memang permintaan ada," kata Siswandi usai memberikan keterangan di kantor Panwaslu Kota Cirebon.
Siswandi diperiksa Panwaslu selama dua jam, dari pukul 09.00 hingga 11.00 WIB.
Cerita Siswandi Soal Dugaan Mahar Politik
Menurut Siswandi, ketua tim advokasinya Bob Hasan yang terlibat langsung dengan oknum PKS terkait dugaan mahar politik tersebut. Bahkan, ia menjelaskan, negosiasi soal mahar itu sempat tembus hingga Rp 1,5 miliar.
"Nominalnya 750 juta rupiah, kemudian turun 500 juta rupiah dan naik sampai 1,5 miliar rupiah. Saya tidak pernah membicarakan soal uang ke PKS Cirebon. Tapi, saya sempat ditelpon oleh K (orang PKS) tanggal 9 Januari lepas magrib waktu itu. Katanya sudah deal pada angka 750 juta rupiah," tutur Siswandi.
Saat menerima telpon dari K, Siswandi mengaku kaget dan langsung bertanya tentang uang tersebut diperuntukkan untuk apa. Siswandi juga meminta K untuk menghubungi Bob Hasan. Terkait obrolan antara Bob Hasan dengan K itu Siswandi tak mengetahui secara persis.
"Pukul 21.00 WIB itu Bang Bob datang ke saya. Itu masih tanggal 9 Januari. Katanya sudah deal angka 500 juta rupiah. Tanggal 10, pagi-pagi K telpon saya katanya mau ke Jakarta mengambil rekomendasi," ucapnya.
Siswandi berpikir K akan berangkat ke Jakarta. Sehingga, ia pun memastikan soal rekomendasi. Ia lalu berinisiatif menelpon salah satu Dewan Syuro DPP PKS. Dewan Syuro, sambung Siswandi, mengiyakan jika rekomendasi PKS untuknya.
"Sekitar pukul 11.00 WIB saya telpon K untuk menemui dewan syuro. Ternyata, K jawab kalau A yang mengambil rekomendasi ke Jakarta. A memang orang PKS, saya tak tahu dia dari DPW atau DPD," katanya.
Sore harinya, Siswandi pun berangkat ke Cirebon. Dalam perjalanan sekitar pukul 16.00 WIB, Siswandi mendapat kabar jika rekomendasi untuk dirinya sudah 90 persen tak ada masalah. Waktu itu, K menghubungi Bob Hasan. Siswandi mengatakan kepada Bob Hasan, K juga menyampaikan A bakal mengambil titipan di Stasiun Cirebon.
"Saya datang ke stasiun telat, saya lupa punya janji dengan A. Saya janjian dengan A ketemu di babershop. Saya waktu itu geser ke babershop. Lupa juga kalau sudah janjian dengan A ketemu di babershop, karena langsung geser ke kantor DPD PKS Kota Cirebon," ucapnya.
Setiba di DPD PKS Kota Cirebon, Siswandi mendapat telpon dari A melalui ponsel milik orang babershop. Dalam perbincangan itu, A mengutus D untuk mengambil titipan yang disebut oleh K. Namun, Siswandi mengaku tak mengenali D.
"D langsung ngomong ke saya dan Bang Bob, angka berubah menjadi Rp1,5 miliar. Waktu itu sudah 20.30 WIB, last minute (pendaftaran). Saya sampaikan ke rapat kok bisa berubah, pada enggak jawab," kata Siswandi.
Dalam rapat tersebut Siswandi menanyakan keberadaan rekomendasi. Padahal, sambung dia, selama ini dirinya sudah membuat proposal terkait visi dan misi pencalonannya sebagai wali kota Cirebon. Dalam proposal itu, ia menyusun biaya untuk saksi yang ditanggung oleh dirinya sendiri.
"Soal biaya saksi itu sudah kita susun. Sudah ada indeksnya. Uang saksi tanggung jawab saya," ucap Siswandi.
Ia mengaku soal tudingan mahar politiknya itu bukanlah karena dendam, lantaran dirinya gagal diusung Koalisi Umat. "Ini tentang moralitas dan kejujuran, bukan karena dendam," kata Siswandi. dtc