Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Taput. Curah hujan yang cukup tinggi membuat produksi kopi menurun. Proses pembentukan bunga tidak maksimal.
Seorang petani kopi di Kabupaten Tapanuli Utara, Sihombing, mengatakan, curah hujan yang tinggi membuat proses pembentukan bunga terhambat. Artinya, tanaman akan sulit melakukan fotosintesis. Harusnya, katanya, pada Desember merupakanpuncak produksi biji kopi.
"Produksi anjlok, diduga terjadi karena curah hujan yang sangat tinggi dan cuaca yang ekstrim, sehingga proses pembetukan bunga pada tanaman kopi tidak berjalan sebagai mana mestinya, karena sinar matahari yang sangat minim. Hasil panen kopi tidak memuaskan,” ujarnya.
Dengan begitu, katanya, harga biji kopi pun ikut turun. Saat ini, harga biji kopi Rp 22.200 per kg, pada bulan lalu Rp 23.500 per kg. Sihombing mengaku, agar petani kopi untung maka harga biji kopi kering sebaiknya di kisaran Rp 25.000/kg.
Staf PT Sumatera Sociaty Coffee (SSC) S Br Manurung di Taput juga membenarkan produski biji kopi dalam kurun enam bulan terakhir mengalami penurunan. Pun dengan kualitas biji kopi yang juga menurunan. "Produksi kopi para petani menurun drastis. Bukan hanya jumlahnya yang berkurang, kualitas biji kopi pun kurang bagus, banyak yang busuk,” jelasnya.
“Kita berharap mudah mudahan produksi kopi kembali normal seperti semula, karena bukan hanya petani yang menjerit, kami pekerja juga ikut merasakan dampaknya. Kalau produksi kopi kecil akan mempengaruhi permintaan kopi kepada perusaan, lalu bagaimana kami dapat gaji," harapnya.