Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Para pendaki gunung yang tergabung dalam Komunitas Pendaki Sinabung (KPS) berencana menggelar reuni. Kegiatan itu tidak semata-mata untuk bernostalgia, namun juga sebagai wujud kepedulian para pendaki terhadap gunung yang sejak 8 tahun lalu terus erupsi.
“Nantinya juga akan digelar doa untuk Sinabung. Intinya kita berharap Gunung Sinabung kembali bersahabat seperti dulu lagi,” kata Robin, salah seorang pendiri KPS kepada medanbisnisdaily.com, Selasa (23/1/2018).
Dijelaskan Robin, rencananya acara reuni itu akan dilaksanakan pada pertengahan Februari. Masalah tempat belum bisa dipastikan. Tapi ada kemungkinan akan digelar di Bumi Perkemahan Sibolangit atau di Puncak Gunung Sibayak.
“Kita masih sharing dengan sejumlah pendaki gunung lain, khususnya kelompok-kelompok mahasiswa pecinta alam (mapala) yang ada di Sumatera Utara. Baik mereka yang berafiliasi di kampus maupun yang independen,” ujarnya.
Robin menambahkan, sejak Gunung Sinabung erupsi kurang lebih 8 tahun lalu, gunung api aktif di Kabupaten Karo ini praktis ditutup untuk pendakian umum. Tidak ada lagi cerita para pendaki tentang gunung yang dikenal eksotis ini. Padahal sebelum erupsi, Sinabung adalah gunung yang paling digemari para pendaki. Tidak hanya pendaki yang berasal dari Sumatera Utara, tetapi juga dari luar. Termasuk para pendaki yang berasal dari luar Indonesia.
“Aku ingat tahun 2000-an awal, setiap hari libur maupun malam minggu areal Lau Kawar sampai dipenuhi tenda. Para pendaki datang dari berbagai daerah. Bisa dibilang Lau Kawar sudah kayak pasar malam. Lau Kawar merupakan danau di kaki Sinabung. Ini merupakan jalur yang paling banyak dipilih para pendaki,” katanya.
“Aku dulu punya kelompok pendaki. Kami aktif mendaki sejak SMU. Pernah kami mendaki Sibayak dan Sinabung sekaligus. Itu pendakian perdana kami tahun 1999. Waktu itu kami tidak puas mendaki Sibayak. Hari itu juga kami turun dan ke Gunung Sinabung,” jelasnya.
Menimpali Robin, Edu Marbun yang juga penggagas KPS, lebih jauh menceritakan awal-awal pengenalannya dengan aktivitas mendaki gunung.
“Waktu SMU aku terobsesi dengan cerita-cerita para pendaki dunia. Itu karena menonton film Vertikal Limit. Sampai-sampai aku pernah meniatkan untuk kuliah di Jawa dan masuk kelompok Pencinta Alam Wanadri,” akunya.
Ditambahkan Edu, mendaki Sinabung itu berat, tapi disitulah kenikmatannya. Jalurnya ekstrim. Bisa dikatakan 90% menanjak. Bahkan di jalur tertentu kecuramannya sampai 90 derajat. Itu yang disebut jalur Batu Patah Hati. Orang harus merangkak melewati jalur itu. Lebih rinci, Edu yang mengaku telah mendaki hampir semua gunung di Sumatera Utara ini mengungkapkan, jalur pendakian Sinabung termasuk level sulit dalam dunia pendakian di Indonesia.