Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Purworejo. Penipuan berkedok beasiswa terjadi di salah satu Madrasah Tsanawiyah Negeri (MTsN) di Purworejo, Jawa Tengah. Uang puluhan juta rupiah dari para wali pun raib dikuras pelaku.
Beberapa orang tua wali dari MtsN 2 Bener mendatangi Mapolsek Bener pada Selasa (23/1/2018) untuk melaporkan kejadian penipuan yang menimpa mereka. Korban yang dijanjikan mendapatkan beasiswa sebesar Rp 5,7 juta/bulan, justru kehilangan sejumlah uang dari ATM setelah menuruti permintaan pelaku.
"Tadi ada 5 korban yang melaporkan masalah tersebut ke kami. Kemungkinan korban masih bisa bertambah," ungkap Kapolsek Bener AKP Bambang Sulistyo ketika ditemui detikcom di kantornya, Selasa (23/1/2018).
Pelaku sebelumnya mengirim SMS kepada korban, mengaku dari pihak sekolah yang akan memberikan beasiswa kepada murid berprestasi. Korban kemudian dipengaruhi menuju ATM dan dipandu melalui telpon justru untuk mentransfer uangnya ke rekening pelaku. Korban rata-rata menyetorkan uang sekitar Rp 5 hingga Rp 36 juta.
"Awalnya dapat SMS, senang adik saya akan dapat beasiswa melalui transfer di rekening bank. Terus saya disuruh memberikan nomer rekening dan disuruh langsung cek ke ATM. Kemudian dipandu melalui telepon, ternyata nggak sadar malah saya yang transfer ke sana. Saya cek uang saya hilang Rp 30 juta," tuturnya salah satu korban, Jazimatul Koimah.
Waka Humas MTsN 2 Bener, Supriyo, ketika dikonfirmasi menegaskan pihak sekolah tidak menjanjikan beasiswa dalam bentuk apapun kepada para siswanya. Namun pelaku yang mempunyai data lengkap siswa berprestasi berikut nomor kontak orang tua atau walinya, menjadi pertanyaan besar.
Supriyo kemudian menjelaskan, pada awal bulan Januari 2018 lalu ada email masuk ke pihak sekolah yang mengatasnamakan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang akan memberikan bantuan beasiswa.
"Isi email tersebut meminta pihak sekolah mengirimkan data lengkap siswa berprestasi yang mendapatkan ranking 1 - 7 di setiap kelas. Kami pun tidak curiga dan langsung mengirim data lengkap yang jumlahnya sekitar 182 siswa terdiri dari 7 x 26 kelas. Kami baru sadar mungkin pelaku ada hubungannya dengan email tersebut,"pungkasnya. (dtc)