Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Cirebon. Panwaslu Kota Cirebon memeriksa Bob Hasan, ketua tim advokasi Brigjen (Purn) Siswandi-Euis Fety Fatayaty, terkait dugaan mahar politik yang dilakukan PKS Kota Cirebon. Pemeriksaan terhadap Bob Hasan berlangsung di kantor Panwaslu Kota Cirebon, Jalan Penamparan, Selasa (23/1/2018).
Anggota Divisi Pencegahan dan Hubungan Antar Lembaga Panwaslu Kota Cirebon Mohamad Joharudin mengatakan transaksi uang mahar antara Siswandi dan PKS sejatinya belum terjadi. "Intinya bahwa berkaitan dengan masalah dugaan mahar. Kita sudah tanyakan, ternyata belum ada serah terima dari pihak Pak Bob dengan partai politik yang bersangkutan," kata Joharudin yang juga menjabat sebagai Ketua Penegakan Hukum Terpadu (Gakumdu) Panwaslu Kota Cirebon di kantor Panwaslu.
Namun, sambung dia, dalam pemeriksaan tersebut pihaknya mengembangkan pertanyaan tentang rentetan alur permintaan mahar. Sebab, Joharudin melanjutkan, sebelumnya Siswandi dalam pemeriksaan menyatakan persoalan permintaan dugaan mahar itu diserahkan langsung ke Bob Hasan.
"Pak Bob juga menceritakan soal adanya komunikasi untuk permintaan uang, istilahnya Pak Bob siah uang operasional partai yang angkanya 500 juta rupiah hingga 750 juta rupiah," tutur Joharudin.
Menurut dia, permintaan uang operasional partai tersebut nominalnya naik ketika Bob Hasan dan Siswandi diminta oleh salah seorang utusan dari partai PKS berinisial D di kantor DPD PKS Kota Cirebon. Naiknya nominal tersebut dianggap tak wajar oleh Bob Hasan dan Siswandi.
"Terakhir, ada orang kepercayaan partai (PKS) yang meminta uang tersebut. Jumlahnya naik hingga Rp1,5 miliar. Kami akan mengkaji lebih lanjut berkaitan dengan seluruh informasi yang kita peroleh," ucapnya.
Sejauh ini, sambung Joharudin, belum ada bukti pendukung lainnya selain bukti percakapan dari pesan singkat yang sudah diserahkan oleh kuasa hukum Siswandi. Joharudin juga menyimpulkan kasus dugaan mahar politik ini bakal rampung pada pekan ini.
"Ini akan dikaji Gakumdu dulu. Soal pemanggilan terhadap D, tentu bukan tidak mungkin kita lakukan. Tapi, kita akan kaji dulu," kata Joharudin.
Mahar Politik Rp 1,5 Miliar
Di tempat yang sama, Bob Hasan mengatakan kenaikan permintaan uang operasional saat detik-detik jelang pendaftaran bakal calon kepala daerah dianggap tak wajar. Bahkan, Bob menuding permintaan uang operasional yang naik hingga Rp 1,5 miliar itu bisa dibilang sebagai mahar politik.
"Kaget pas muncul 1,5. miliar rupiah. Waktu itu kita abaikan, situasi (di kantor PKS) berubah. Ketika situasi berubah, bisa jadi itu uang mahar. Bisa berangkat dari partainya atau individual dalam partai tersebut. Saya tidak bisa menyimpulkan, mudah-mudahan Panwaslu bisa menyimpulkan ini," kata Bob usai diperiksa Panwaslu Kota Cirebon.
Bob menceritakan, pada Rabu (10/1/2018) jelang pendaftaran pasangan bakal calon, dirinya bersama Siswandi berangkat ke Cirebon. Karena, menurut dia, Ketua PKS Cirebon Karso telah menyatakan bahwa PKS menandatangani rekomendasi untuk Siswandi.
Sebelum berangkat ke Cirebon, Bob mengaku telah berkomunikasi dengan Karso terkait uang operasional partai. "Memang sebelumnya ada bentuk nilai, tapi bukan kami anggap mahar yang 500 juta rupiah itu. Kami anggap itu sebagai pertemanan, nilainya sesuai, dan untuk operasional partai. Karena komunikasi awalnya kita bangun kontrak politik," katanya.
Bob menambahkan saat tiba di Cirebon, dia dan Siswandi lupa menemui orang PKS, yakni Azrul yang diutus untuk menemuinya di Stasiun Cirebon. Janjian bersama Azrul pun diundur, karena Bob dan Siswandi datang terlambat, digeser ke salah satu tempat pangkas rambut.
Lagi-lagi, pertemuannya dengan Azrul batal. Karena Bob dan Siswandi langsung bergeser ke kantor PKS. Saat itu sudah banyak kader partai yang menunggu, baik dari PKS, PAN, maupun Gerindra.
"Tadinya harus ketemu sama Azrul, sampai di kantor PKS dilimpahkan ke Deni. Orang PKS juga. Ia menyampaikan bahwa amanahnya itu 1,5 miliar rupiah. Saya katakan 1,5 miliar rupiah itu sudah lain, saya enggak ngerti," ucap Bob. (dtc)