Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Dhaka. Seorang pengungsi Rohingya tewas dalam serangan di salah satu kamp pengungsian Bangladesh. Insiden ini merupakan yang kedua kalinya terjadi dalam tiga hari terakhir di tengah ketegangan terkait rencana pemulangan para pengungsi Rohingya ke Myanmar.
Dituturkan sejumlah sumber yang mengetahui serangan ini, seperti dilansir AFP, Selasa (23/1/2018), pengungsi Rohingya bernama Yusuf Ali (60) tewas dalam serangan pada Senin (22/1) waktu setempat. Kepala Kepolisian Distrik setempat, Iqbal Hossain, menyebut Yusuf Ali tewas ditikam.
Yusuf Ali juga diketahui merupakan 'majhi' atau pemimpin kamp. Dia disebut memimpin kamp pengungsian Balukhali, yang terletak dekat perbatasan Myanmar.
Dalam serangan terpisah yang terjadi Jumat (19/1) lalu, seorang pengungsi Rohingya lainnya bernama Mohammad Yusuf tewas ditembak. Mohammad Yusuf juga diketahui merupakan pemimpin kamp. Dia memimpin kamp Thaingkhali yang juga ada di wilayah Bangladesh.
Pelaku di balik serangan-serangan maut itu belum diketahui identitasnya. Motif pembunuhan itu juga tidak diketahui pasti.
Namun media lokal Bangladesh, The Dhaka Tribune, menyebut pengungsi Rohingya yang tewas dalam serangan pekan lalu, Mohammad Yusuf, merupakan pemimpin kamp Rohingya yang pro-repatriasi. Istri Mohammad Yusuf, Jamila Khatun (35), mengatakan bagaimana 20 pria bersenjata dan bermasker mendatangi kamp mereka lalu menembak suaminya di kepala.
"Dia (Mohammad Yusuf-red) berteriak 'Oh Allah!' dan mereka (para pelaku-red) menembaknya lagi di mulut. Dia tumbang," tutur Khatun kepada AFP. "Mereka (para pelaku-red) berbicara dalam bahasa Rohingya. Mereka mengatakan kepada suami saya: 'Mengapa kamu memasukkan nama kami dalam daftar?' Mereka marah," imbuhnya.
Khatun tidak menjelaskan lebih lanjut soal 'daftar' yang disebut para pelaku. Namun diketahui bahwa otoritas Bangladesh tengah berusaha mendata para pengungsi Rohingya yang bisa dipulangkan ke Myanmar.
Berdasarkan kesepakatan yang tercapai dengan Myanmar, ada sekitar 750 ribu pengungsi Rohingya yang akan dipulangkan ke Myanmar. Rencananya proses pemulangan akan dimulai Selasa (23/1) ini, namun otoritas Bangladesh menundanya karena butuh waktu lebih banyak untuk persiapan.
Media-media lokal Bangladesh dan seorang pemimpin Rohingya mengaitkan dua pembunuhan itu dengan ketakutan pengungsi Rohingya dipulangkan ke Myanmar. Kepolisian Bangladesh menolak spekulasi keterkaitan itu.
Beberapa hari terakhir, ratusan pengungsi Rohingya di kamp Bangladesh menggelar unjuk rasa untuk memprotes rencana pemulangan itu. Otoritas setempat di Cox's Bazar, Bangladesh -- yang menjadi lokasi kamp pengungsi Rohingya -- berusaha mencegah kembali digelarnya unjuk rasa di salah satu kamp besar. (dtc)