Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Program Puisi Esai Nasional yang dibidani Denny JA terus menggelinding. Di Sumatera Utara, persoalan itu telah menjadi pembahasan serius di kalangan sastrawan. Pasalnya program "Penulisan Puisi Esai Nasional" yang digagas Denny itu diduga melibatkan banyak sastrawan di daerah ini.
Bahkan, ada di antaranya yang ikut mendukung program itu. Padahal program itu dianggap sebagai legitimasi Denny JA untuk mengangkat dirinya sebagai salah seorang sastrawan terkemuka di Indonesia.
"Satu lagi sastrawan Sumut yang diduga terlibat bahkan menjadi salah seorang konseptor program itu adalah Hasan Al Banna. Meski ia bukan salah seorang penyumbang tulisan, tapi pegawai Balai Bahasa Sumut itu ikut membantu membuat kontrak, termasuk mencari orang yang bersedia menyumbangkan puisi esainya." demikian tulis sastrawan Budi P Hatees di akun media sosialnya, Rabu, (24/1/2018).
Pernyataan Budi langsung ditanggapi sejumlah sastrawan Sumut lainnya. Salah satunya oleh kerabat Hasan di Balai Bahasa Sumatera Utara, Agust Mulia. Disebutkannya bahwa Hasan telah menandatangani surat pengunduran diri dari proyek itu.
Komentar lain datang dari pegiat sastra Ayub Badren. Menurut Ayub, sikap yang diperlihatkan Budi tampak konyol.
Tanggapan lainnya datang dari Riduan Situmorang dari Toba Writer Forum. Menurutnya, para kontributor dalam program itu bukan berarti pendukung Denny. Menurutnya, itu dua hak berbeda.
Sementara sastrawan lain Zulkarnaen Siregar mengganggap sastrawan yang terlibat telah mengingkari akal sehatnya.
Program Puisi Esai Nasional yang digagas Denny JA melibatkan ratusan penulis dan sejumlah akademisi. Setiap penulis mendapat Rp 5 juta untuk setiap tulisannya. Kelompok yang kontra menganggap program itu sebagai legitimasi tokoh LSI itu sebagai salah seorang sastrawan berpengaruh di Indonesia sekaligus penggagas puisi esai di Indonesia.