Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sebagai daerah multikultur di Indonesia, Sumut kaya akan ragam seni dan budaya. Kekayaan itu dapat menjadi modal dalam menggerakkan ekonomi lokal. Sayang, potensi itu belum digarap secara maksimal. Hal itu sering disebabkan karena masalah teknis. Salah satunya karena krisis Sumut krisis manajemen Seni.
Manager Program RKI, Marodjahan Manalu di hadapan peserta workshop RKI bekerjsama dengan Kemenpora, di Caldera Coffee, Jalan SM Raja No 132, Kamis, (25/1/2018) mengatakan, "Sumut perlu orang-orang yang fokus pada manajemen seni. Manajemen seni tidak bisa dipisahkan dari dunia seni".
Ditambahkannya, selama ini Sumut lebih banyak menghasilkan praktisi seni, sementara yang serius di manajemen nyaris tidak ada. Keadaan semakin parah karena kampus-kampus seni yang ada di Sumut, Medan khususnya, juga berorientasi kepada pengkajian dan pengkaryaan.
"Inilah yang kita rangsang dalam diskusi ini. Mudah-mudahan teman-teman ada yang tertarik di bidang ini," ujarnya.
Dijelaskan Marodjahan pada dasarnya setiap orang memiliki potensi manajerial dalam dirinya. Dalam konteks seni, manajerial itu berkaitan dengan kemampuan mengorganisir baik secara internal maupun eksternal.
Secara internal berhubungan dengan karya yang akan ditampilkan sedangkan dari sisi eksternal terkait dengan sponsorship, publikasi dan penggalangan massa. Tidak seperti sekarang ini pekarya sering merangkap untuk kerja-kerja di luar pengkaryaan. Jadinya pertunjukan jadi tak maksimal.
"Bahkan sekalipun pertunjukan itu bagus, tapi kalau tidak ditonton apa artinya," kata Marodjahan.