Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Semarang. Alpukat Wina yang dikembangkan para petani di Kabupaten Semarang, cukup menjanjikan hasilnya. Satu buah bisa mencapai berat 2 kg dan mampu bertahan dalam waktu relatif lebih lama.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian, Perikanan dan Pangan Kabupaten Semarang, Samsul Hidayat mengatakan, potensi alpukat untuk agroklimat cocok dikembangkan di Kabupaten Semarang. Untuk lahan yang rendah, sekalipun tetap bisa dikembangkan dan sekarang ada di 10 kecamatan.
"Untuk alpukat di Kabupaten Semarang, lahannya nggak masalah. Baik di rate yang rendah, bisa ditanami. Alpukat Wina yang dikembangkan keunggulannya ukuran buahnya besar, khasnya tebal dan cukup menguntungkan," kata Samsul saat ditemui di kantornya Jalan Letjen Suprapto Ungaran, Kamis (25/1/2018).
Alpukat Wina ini, kata dia, bisa mampu bertahan hingga waktu 2 minggu. Kemudian, selain itu kulitnya cukup keras. Pengembangan alpukat ini di Kabupaten Semarang dilakukan sejak tahun 2012, kemudian pada tahun ini mulai berbuah.
"Untuk yang umur 4 tahunan ya baru mulai produksi rata-rata per pohon baru 30-40 kg," tuturnya.
Ketua Asosiasi Petani Alpukat Kabupaten Semarang (Apas), Agus Riyadi mengatakan, dia mulai menggeluti alpukat sejak 2011 dan melihat pasar alpukat yang sangat menjanjikan. Untuk itu, sekarang tengah mengembangkan alpukat Wina.
"Untuk alpukat Wina ini keunggulannya produksinya tinggi, daging tebal, berbentuk oval dan ukuran paling besar, satu buah beratnya mencapai 2 kg. Kemudian, mampu bertahan lama karena matangnya lama," kata Agus yang juga menjadi pembeli alpukat dari para petani di Baran Gembongan, Baran, Ambarawa, itu.
Selain membeli buah alpukat dari petani, dia juga membuat pembibitan. Pembibitan tersebut mulai memupuk isi alpukat hingga tubuh. Setelah tumbuh dan berusia sekitar 1,5 tahun baru disambung atau distek.
"Kalau yang bawah alpukat biasa, kemudian kami sambung dengan alpukat Wina yang asli dari Bandungan," tutur alumni Sarjana Pendidikan Agama Islam, Universitas Islam Sultan Agung Semarang, itu.
Ia yang juga tergabung dalam petani alpukat Berkah Jaya tersebut menambahkan, untuk pagi hari mengajar di SDIT dan SMPIT Assalam, Jetis, Bandungan, kemudian sore harinya mengurus alpukat.
"Selain alpukat Wina, kami juga mengembangkan alpukat Si Cantik, Pangeran, Muria dan Jambon. Untuk Si Cantik kulit mengkilat, pulen dan gampang mateng. Terus alpukat Pangeran produksi tinggi, rata-rata buah 4-7 ons," tuturnya.
Menyinggung soal harga jual alpukat, jika dulunya dikenal saat kemarau mahal dan musim penghujan harga rendah. Namun untuk saat ini, harga jual alpukat tetap stabil dan laku di pasaran.
"Kalau untuk kelas A sekarang ini per kilonya Rp21 ribu, kelas B Rp15 ribu, kelas C Rp11 ribu dan kelas D Rp5 ribu," ujarnya.
Adapun alpukat yang dibeli dari para petani tersebut, kemudian dikirim menuju sejumlah kota antara lain menuju Bali, Kalimantan, Cirebon, Solo, Jakarta, Bandung, Bogor dan kota lainnya. "Tiap hari kami kirim menuju ke berbagai kota," tutur dia. (dtc)