Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Kabupaten Pekalongan - Namanya Windi Setyoningsih. Umurnya 24 tahun. Dia memang mengalami disabilitas intelektual, namun bukan berarti dia tidak boleh memiliki harapan dan cita-cita. Dia punya kemampuan menggambar secara otodidak dan berharap bisa merancang busana dari kemampuannya itu.
Windi adalah warga Dukuh Blendung RT 001/RW 007 , Desa Purworejo, Kecamatan Sragi, Kabupaten Pekalongan. Anak pasangan Suniti dan Karsidin ini dalam beberapa waktu terakhir menjadi pembicaraan di medsos karna postingan gambatnya berupa desain rancangan gaun yang digambar di buku tulis maupun kertas gambar seadanya.
Gemar corat-coret di kertas kosong dengan hanya bermodalkan polpoin ini sudah dilakukan sejak Windi putus sekolah di kelas 4 SD. Kesehariannya hanya diisi menggambar di buku tulis.
"Windi sudah mulai suka menggambar sejak dia tidak sekolah. Dia tertinggal di kelas 4 SD. Karena sering diejek temanya, dia tidak mau sekolah," kata Suniti, ibundanya, saat ditemui detikcom, Minggu (28/1/2018) di rumahnya.
Windi memang beberapa kali tinggal kelas karena kondisinya. Sejak memutuskan tidak sekolah, Windi selain membantu ibunya di rumah juga kerap menghabiskan waktu dengan sebuah buku dan pena untuk coret-coretan menggambar.
"Terutama menggambar gaun dan motif batik. Saat itu kita hanya bagaimana caranya membuat anak saya senang dengan menyediakan alat-alat gambar seadanya," katanya.
Sudah tak terhitung gambar yang dihasilkan Windi. Tak kurang dari 4 bendel besar yang terkumpul. Dia mengaku sering kali hanya begitu menggambar, namun kadang juga mendapat ide setelah melihat tayangan televisi. "Kalau lagi pengin menggambar ya langsung menggambar," kata Windi kepada detikcom.
Windi berkeinginan bisa menjadi desainer. "Pengin jadi desainer seperti Kakak Ivan (Ivan Gunawan). Saya pengin seperti dia. Pengin ketemu Kak Ivan. Mau belajar sama Kak Ivan, menggambar yang bagus," harapnya.
Tak hanya menggembar, setiap hari Windi juga membantu ibunya mengurus pekerjaan rumah dan membuat perban kain kasa yang siap jual.
Keluarga Karsidin-Suniti memang tergolong keluarga yang tidak mampu. Karsidin bekerja sebagai buruh di usaha sablon. Rumah semi permanen yang mereka tempati saat ini pun merupakan bantuan dari pemugaran rumah tidak layak huni dari Program Perumahan Swadaya tahun 2014 lalu.
"Keluarga mereka memang tergolong kurang mampu. Menjadi rumah saat ini saja karena mendapat bantuan pemerintah. Sebelumnya rumah tidak layak huni," kata Carim, Kepala Dusun Blendung. dtc