Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Kabul. Kelompok militan Taliban menyatakan ledakan bom ambulans mematikan di Afghanistan pada Sabtu (27/1) lalu, merupakan pesan khusus untuk Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Taliban mengklaim bertanggung jawab atas ledakan yang menewaskan 103 orang itu.
Seperti dilansir Reuters, Senin (29/1), diketahui bahwa tahun lalu Trump memutuskan untuk mengirimkan lebih banyak tentara AS ke Afghanistan. Tak hanya itu, Trump juga meminta lebih banyak dilakukan serangan udara dan dukungan militer lainnya untuk pasukan militer Afghanistan.
"Emirat Islamis memiliki sebuah pesan jelas untuk Trump dan para pencium tangannya, bahwa jika Anda melanjutkan kebijakan agresi dan berbicara dengan berondongan senjata api, jangan harap warga Afghan untuk menanggapinya dengan menumbuhkan bunga-bunga," ucap juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid dalam pernyataannya. Emirat Islamis merupakan istilah Taliban untuk menyebut kelompoknya sendiri.
Ledakan yang mengguncang Kabul pada Sabtu (27/1) waktu setempat, berasal dari dua bom yang disembunyikan di dalam dua kendaraan yang dicat menyerupai mobil ambulans. Salah satu bom meledak saat mobil mirip ambulans itu berhenti di salah satu pos pemeriksaan polisi di Kabul.
Pernyataan terbaru dari Menteri Dalam Negeri Afghanistan, Wais Barmak, menyebut korban tewas akibat ledakan itu bertambah menjadi 103 orang. Sebanyak 235 orang lainnya mengalami luka-luka.
Otoritas keamanan Afghanistan memperingatkan serangan baru bisa kembali terjadi di masa mendatang.
Pada Senin (29/1) waktu setempat, rentetan ledakan terbaru dilaporkan terjadi di dekat akademi militer Marshal Fahim, Kabul. Warga Kabul, Mohammad Ehsan, menyebut ledakan mulai terdengar sekitar pukul 05.00 waktu setempat dan berlangsung selama satu jam.
Salah satu juru bicara Kepolisian Kabul mengkonfirmasi sebuah insiden terjadi di dalam fasilitas militer dekat Akademi Marshal Fahim. Namun belum bisa diketahui pasti apakah ledakan ini merupakan serangan militan atau dipicu isu internal militer.
Presiden RI Joko Widodo dijadwalkan berkunjung ke Kabul pada Senin (29/1) ini. (dtc)