Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Pengembangan Artificial Intelligence (AI) atau kecerdasan buatan rasa-rasanya semakin canggih saja. Namun, patut diwaspadai juga bahwa ada bahaya yang mengancam di balik perkembangan AI yang canggih itu.
Sebagaimana diketahui, AI ini dalam beberapa tahun ke belakang tengah menjadi trending di dunia teknologi. Semua perusahaan teknologi berlomba-lomba menciptakan dan menerapkan kecerdasan buatan.
Namun, semakin canggih perkembangan teknologi, pasti juga diikuti oleh tindak kejahatan yang canggih pula. Peneliti keamanan di Avast memperkirakan bahwa sejumlah serangan siber akan terjadi di tahun ini. Hanya saja, para penjahat siber sudah menggunakan AI dalam aksinya.
"Semakin bertambahnya kerangka pembelajaran mesin yang open source, ditambah dengan penurunan harga perangkat keras yang signifikan, penjahat siber kian memiliki peluang untuk menggunakan kerangka pembelajaran mesin untuk menyusup melewati algoritme pembelajaran mesin yang dikembangkan perusahaan keamanan," ujar Ondrej Vlcek, CTO & EVP Avast.
"Kami memperkirakan penjahat siber akan memanfaatkan teknologi AI untuk meluncurkan serangan phising yang canggih, di samping serangan malware," tambahnya seperti dikutip dari keterangannya, Rabu (31/1).
Tak cuma itu, Avast juga memperkirakan peningkatan serangan massal, serangan ransomeware, serangan terhadap perangkat Internet of Things (IoT), malware cryptomining dan serangan terhadap layanan yang dibangun dengan Blockchain.
Dalam laporan Avast juga mengindikasikan potensi serangan rantai pasokan tingkat tinggi akan muncul, serta peningkatan serangan dari fileless malware, pelanggaran data dan serangan pada perangkat mobile, misalnya trojan perbankan. (dtn)