Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Washington DC. Dalam pidato kenegaraannya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali mengklaim angka pengangguran untuk warga Afrika-Amerika sangat rendah di bawah kepemimpinannya. Mendengar klaim ini, anggota Kongres AS yang berkulit hitam enggan memberi tepuk tangan.
Dilaporkan CNN, Rabu (31/1), Trump sebenarnya sudah beberapa pekan terakhir terus 'membanggakan' menurunnya angka pengangguran untuk warga kulit hitam di bawah pemerintahannya. Dia kembali mengungkapkan hal ini dalam pidato kenegaraan tahunan di depan Kongres AS atau dikenal dengan istilah State of the Union pada Selasa (30/1) waktu setempat.
"Pengangguran warga Afrika-Amerika berada di level paling rendah yang pernah tercatat," klaim Trump dalam pidato kenegaraan tahunan pertamanya di hadapan Kongres AS ini.
Klaim ini disambut sorakan dan tepuk tangan para hadirin, kecuali anggota Kaukus Kulit Hitam Kongres AS.
Kaukus Kulit Hitam merupakan kelompok yang terdiri dari 49 anggota parlemen dan Senator kulit hitam AS. Kebanyakan dari mereka memilih memboikot pidato kenegaraan Trump.
Media AS lainnya, Vox.com, melaporkan para anggota Kaukus Kulit Hitam yang hadir sengaja tidak memberi tepuk tangan dan memberikan 'tatapan mata rasisme di wajah mereka'. Salah satu anggota Kaukus Kulit Hitam, Cedric Richmond yang merupakan anggota parlemen dari Demokrat menyebut Trump membuat negara ini 'tidak aman bagi warga dengan kulit berwarna'.
Sementara itu, CNN melakukan pemeriksaan fakta terhadap klaim Trump soal angka pengangguran warga kulit hitam mencapai yang terendah.
Disebutkan CNN bahwa klaim ini memang benar, yakni angka pengangguran kulit hitam mencapai level rendah pada angka 6,8 persen. Namun jumlah ini masih jauh di atas angka pengangguran untuk warga kulit putih yang berada di level 3,7 persen.
CNN menambahkan, sebenarnya angka pengangguran untuk warga kulit hitam, juga untuk keseluruhan warga AS, memang mengalami penurunan secara bertahap sejak tahun 2010, saat Presiden Barack Obama menjabat. (dtc)