Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Penandatangan memorandum of understanding (MOU) “Pengembangan Techno Park Pelalawan Berbasis Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Inovasi (Iptekin) Kelapa Sawit Ramah Lingkungan” digelar dalam acara pembukaan rapat kerja (Raker) Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) di Auditorium Gedung BPPT Jakarta, Rabu (31/1/2018).
Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan tampil dalam acara itu sebagai pembicara utama. MoU itu ditandatangani oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pelalawan yang dihadiri langsung oleh Bupati HM Harris, BPPT, PT PINDAD (Persero), PT Rekayasa Engineering, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), dan Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI).
Direktur PPKS Hasan Hasril Siregar kepada Medanbisnisdaily.com, Rabu (31/01/2018), menyebutkan salah satu fokus dari Iptekin ini adalah smallholders atau para petani sawit skala kecil.
Kata Hasril, sejak tahun 2009, petani sawit skala kecil (smallholder) sudah menjadi produsen yang dominan di Indonesia. Perkebunan skala kecil tersebut, kata Hasril, mempunyai karakteristik dimana tingkat produktivitas rendah.
Lalu, sambung Hasril, para petani belum menguasai/menerapkan tehnik budidaya sawit yang baik atau good agricultural practice (GAP). Selain itu, ia menyebutkan biasanya kepemilikan lahan-lahan kebun sawit milik para smallholders tersebut sebagian besar belum memiliki sertifikat tanah.
Di masa datang, ungkap Hasril, pasar dunia menuntut agar crude palm oil atau minyak mentah sawit (CPO) memiliki sertifikasi Indonesia Suistanable Palm Oil (ISPO) atau Roundtable Suistanable Palm Oil (RSPO).
"Tujuannya jelas, supaya para smallholders tidak terkucilkan dari pasar sawit yang formal atau formal market. Karena itu petani kecil diupayakan untuk menerapkan praktek bertani yang baik yang disebut GAP tadi untuk memperoleh sertifikasi ISPO," kata Hasril.
Mengacu pada kebijakan dan kondisi petani sawit berskala kecil tersebut, kata Hasril, maka keenam instansi/lembaga tersebut di atas sepakat untuk mengembangkan techno park Pelalawan melalui “Revitalisasi Perkebunan Sawit Smallholders dan Pengembangan Industri Hilir Sawit Bernilai Tambah Tinggi”.
"Line-business yang teridentifikasi sekarang telah mencakup tujuan utama dari Pengembangan Techno Park Pelalawan, yaitu kemitraan ilmu pengetahuan, teknologi dan inovasi atau Iptekin yang ramah lingkungan,” sambung Hasril.
Revitalisasi petani sawit sekala kecil tersebut, kata Hasril, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraannya melalui pengelolaan kebun sawit skala kecil yang akan diubah dari pengelolaan perorangan menjadi korporatisasi melalui koperasi seperti yang dianjurkan oleh Presiden Joko Widodo.
Lalu, kata Hasril, dilakukan penerapan GAP di perkebunan sawit skala kecil untuk meningkatkan produktivitas sawit dan memeroleh sertifikasi ISPO, mewujudkan integrasi antara perkebunan skala kecil dengan PKS Jaya yang dikelola secara profesional.
"Perkebunan skala kecil dengan PKS Jaya dimiliki oleh koperasi petani sawit, sehingga pasokan Tandan Buah Segar (TBS) terjamin dengan harga yang bersaing," kata Hasril.
Model revitalisasi petani sawit skala kecil ini, papar Hasril, akan dikembangkan di Techno Park Pelalawan, Provinsi Riau. Pemilihan lokasi ini disebabkan bidang fokus Techno Park ini adalah Pengembangan Inovasi di Industri Hilirisasi Sawit.
"Saat ini pengembangan Techno Park Pelalawan didukung penuh oleh Pemerintah Kabupaten Pelalawan, BPPT dan beberapa kementerian/lembaga terkait," tegas Hasril Hasan Siregar.