Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com – Tebingtinggi. Walikota Tebingtinggi H Umar Zunaidi Hasibuan menegaskan bahwa masyarakat Tebingtinggi sudah capek dengan banjir, bahkan dia sendiri juga sudah malu ‘langganannya’ beras bulog dan mie instan yang diberikan kepada warga setiap kali banjir melanda kota itu.
“Lebih cepat direalisasikan proyek penanggulangan banjir yang direncanakan Badan Wilayah Sungai (BWS) II Sumatera ini akan menjadi lebih baik, dan itulah harapan masyarakat Tebingtinggi,” hal itu ditegaskan Walikota Umar Zunaidi dalam pertemuan sosialisasi rencana pembangunan proyek penanggulangan banjir Tebingtinggi bersama dengan Tim BWS II Sumut dipimpin Kepala BWS Roy Pardede dan unsur FKPD Tebingtinggi, Jumat (2/2/2018) di Tebingtinggi.
Disampaikan Umar, masalah banjir di Tebingtinggi memang sudah menjadi masalah nasional dan Kementerian PU Pera juga sudah langsung melihat kondisinya saat banjir terjadi pada akhir tahun 2017 lalu, dan untuk segera diatasi.
Untuk sementara ini, guna mengatasi banjir kiriman yang sering terjadi, Umar berharap jika bendungan bergerak Bajayu yang sudah berfungsi, segerakanlah dibongkar bendungan (bronjong) bangunan dam yang lama, karena hal tersebut salah satu penghambat lancarnya air mengalir di Sungai Padang.
“Pada prinsipnya, Pemerintah Kota Tebingtinggi bersama semua jajarannya telah siap memberikan bantuan yang diperlukan untuk pelaksanaan pembangunan proyek tersebut, kami akan bantu BWS untuk pelaksanaannya sejak dari tahap awal,” ujar Walikota.
Sebelumnya Kepala BWS Wilayah II Sumatera Roy Pardede memaparkan rencana pembangunan proyek penanggulangan banjir Tebingtinggi yang direncanakan tahap awalnya tahun 2019 sampai 2025 dengan biaya diperkirakan Rp 700 miliar lebih. Proyek tersebut adalah untuk membangun tanggul di sepanjang Sungai Padang, yang terdiri dari tanggul tanah, peregat dan shout cut yang diperkirakan akan ada pembebasan lahan sekitar 7 hektar.
Sementara untuk Sungai Bahilang, akan dibuatkan sodetan menuju Sei Segiling, karena untuk membangun tanggul di Sei Bahilang sudah tidak memungkinkan lagi karena padatnya pemukiman penduduk, dan alternatif terbaik adalah membuat sodetan.
“Setiap pembangunan proyek yang bersekala nasional, selalu yang menjadi permasalahan adalah menyangkut pembebasan lahannya, kami berharap hal ini bisa dikordinasikan dengan pemerintah setempat,” kata Roy Pardede.