Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) menilai, pentingnya para pemilih pemula diberikan pendidikan politik. Hal ini mengingat, suara mereka nantinya dibutuhkan dalam Pemilukada di Sumatera Utara (Sumut) pada Juni mendatang.
Hal itu dikatakan Ketua GMKI Kota Medan Hendra Manurung dalam temu pers, yang berlangsung di ruang Korwil 1 PP GMKI PKM, Jalan Iskandar Muda Medan, Sabtu (3/2/2018). Acara temu pers ini, dalam rangka menjelang Dies Natalis GMKI ke-68, yang akan berlangsung pada 6-10 Februari di Katolik Center, Medan.
"Saat ini di Sumut, GMKI memiliki 22 komisariat yang tersebar di 8 perguruan tinggi. Ini merupakan potensi yang besar dan harus diberikan bimbingan, terutama di ranah perpolitikan. Karena kita sama-sama mengetahui, bahwa partisipasi pemilih di dalam pemilu di Sumut itu sangat rendah, terutama pemilih pemula. Inilah momentum yang ingin kita ambil agar partisipasi pemilih pemula bisa meningkat melalui kegiatan Dies Natalis GMKI ini," ujar Hendra.
Adapun, lanjutnya, peserta Dies Natalis nanti, merupakan anggota GMKI Wilayah Sumut-Aceh, GMKI Medan, pemuda-pemuda gereja di Sumut, dengan target 500 orang pada 6-7 Februari dan 150 orang, dalam acara Pendidikan Politik pada 8-9 Februari.
Selain itu, pihaknya juga akan menggelar lomba menulis untuk tingkat SMA yang sudah memiliki hak suara atau pemilih pemula, dengan tema; 'Peran Pemuda di dalam partisipasi Pemilih Pemula'. "Ini bertujuan untuk merangsang pemilih pemula agar berpartisipasi dalam menggunakan hak suaranya," ucapnya.
Sementara, Wakil Sekretaris Bidang Pendidikan Kader BPC GMKI Kota Medan Johan Simarmata, latar belakang kegiatan Dies Natalis ini sebagai peran penting sesuai dengan visi GMKI, yakni kedamaian, kesejahteraan, kebenaran, demokrasi Indonesia, dan kasih. Dan itu yang akan terus diterapkan atau di evaluasi kembali.
Dalam acara ini juga terkait dalam partisipasi pemilu. Hal ini berangkat dari permasalahan yang terjadi pada pemilihan Gubernur 2013 lalu di Sumut, berdasarkan informasi dari website resmi KPU Sumut bahwa DPT berjumlah 10.310.872 jiwa yang tersebar di 33 Kabupaten/Kota. Data pemilih menunjukkan informasi yang cukup mengesankan, namun sangat buruk di mana hanya 5.001.430 (48,50%) yang menggunakan hak suaranya.
Kemudian tahun 2017, KPU merilis jumlah DPT Sumut sebanyak 10.194.368 orang dan 1.233.478 orang (2,99%) di antaranya adalah pemilih pemula yang kemungkinan tidak akan jauh beda datanya pada saat pemilihan nanti.
Data tersebut merupakan akumulasi dari DPT Pilkada 2013 di 23 kabupaten/kota dan tahun 2017 sebanyak 2 kabupaten/kota serta tahun 2018 sebanyak 8 kabupaten/kota.
"Karena itu, nantinya kita harap pemilih pemula dapat terjaring secara rasional. Apalagi, sesuai data, Sumut adalah kota terkorup. Jadi, dari sini kita berharap, calon gubernur nanti yang terpilih adalah harapan bangsa dan memiliki hati nurani," ungkap Johan.
Hal senada, Ketua GMKI Wilayah 1 Sumut-Aceh Swangro Lumbanbatu menambahkan, acara Dies Natalis nanti fokus kepada perpolitikan, karena memang sedang hangat-hangatnya ke arah sana, di mana Sumut akan menuju pemilukada pada Juni mendatang. Namun, bagaimana menuju perpolitikan yang sehat. Hal itulah yang terpenting.
"Dalam hal ini, untuk pemilih pemula, omong kosong disuarakan pemilih pemula jika mereka tidak terdaftar. Capil harus bekerja keras. Data yang diperoleh sebesar 1,2 juta orang tersebut, malah tidak terdaftar. Sementara, dahulu dengan hanya 1,6 juta suara saja, sudah dapat memenangkan calon gubernur di Sumut. Karena itu, kita harap pemerintah di Sumut harus kerja keras meningkatkan demokrasi ini, bekerja sama dengan kabupaten/kota," tegas Swangro.
Ketua Panitia Ricky Yohanes Nababan menyampaikan, dalam acara Dies Natalis juga menampilkan kebudayaan di Sumut. Ini sebagai bentuk bahwa kerukunan di Sumut tetap terjaga.
Selain itu, di dalam Pendidikan Politik, juga berbicara terkait politik yang sehat, integritas yang kokoh dan teruji. Pada acara puncak, pada 9 Februari juga menampilkan tarian tradisional, kebudayaan di Sumut dan sebagainya.
"Harapannya, dengan mengundang pembicara skala nasional dapat berpengaruh terhadap perpolitikan di Indonesia, khususnya Sumut untuk ke depannya. Bagaimana dapat tercipta perpolitikan yang sehat," katanya.