Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Kementerian Perhubungan akan menambah kapasitas pelayanan navigasi di beberapa bandara. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan, hal itu bertujuan untuk keselamatan penerbangan Indonesia.
Budi mengatakan penambahan itu akan dilakukan di tiga bandara terlebih dahulu, yakni di Bandara Soekarno-Hatta, Cengkareng, Bandara Ngurah Rai, Bali, dan bandara di Papua. Dia sudah meninjau Bandara Soekarno-Hatta terkait dengan rencana penambahan sistem navigasi.
"Navigasi di udara itu sangat penting dan dia menentukan kualitas safety, dan dalam dunia transportasi, safety itu keharusan," kata Budi saat di kompleks Istana Kepresidenan, Jl Veteran, Jakarta, Senin (5/2/2018).
Untuk di Bandara Soekarno-Hatta dan Bandara Ngurah Rai, Bali, perlu ada peningkatan keamanan penerbangan dan perluasan bandara. Artinya, pelayanan dan luas bandara yang maksimal akan lebih memberikan keuntungan.
"Makanya kemarin saya ke sana untuk memastikan Bandara Soekarno-Hatta dan Bali itu dengan kualifikasi yang lebih baik, besarannya oke, bandaranya oke, makin banyak," katanya.
Sementara itu, untuk bandara di Papua, Budi mengatakan diutamakan peningkatan keamanan penerbangan. "Papua isu dari safety, sekarang kapal kan banyak yang celaka, banyak yang overshoot, karena sekarang melihatnya dengan mata telanjang, meraba-raba. Kami akan siapkan bahan-bahan, yaitu terbang dengan suatu guidance, teliti dengan alat-alat navigasi," jelasnya.
Sementara itu, Dirjen Perhubungan Udara Kemenhub Agus Santoso mengatakan semua operator penerbangan di Indonesia harus mewaspadai dan terus mengembangkan kapasitasnya untuk mengantisipasi ledakan pertumbuhan jumlah penumpang pesawat. Pengembangan kapasitas diperlukan agar keselamatan, keamanan, dan pelayanan penerbangan pada penumpang pesawat tetap terjaga dengan baik.
"Dalam dua tahun belakangan ini pertumbuhan jumlah penumpang pesawat di Indonesia rata-rata mencapai 11 persen per tahun. Jumlah itu bukan sedikit, tapi merupakan angka yang besar, mengingat ledakan pertumbuhan jumlah penumpang terbesar dunia berada di kawasan Asia Pasifik. Itu pun hanya mencapai 9 persen pada tahun terakhir," kata Agus.
Agus mengatakan kenaikan jumlah penumpang yang sangat tinggi itu juga terjadi di seluruh kawasan dunia. "Sehingga perlu antisipasi dengan mengembangkan kapasitas infrastruktur yang baik untuk penerbangan domestik maupun internasional," ujar Agus.
Agus juga menambahkan, minggu lalu dia hadir dalam pertemuan dirjen perhubungan udara se-Asia-Pasifik di Beijing, China, untuk berbagi pengalaman terkait tren kenaikan jumlah penumpang pesawat tersebut. Salah satu kesimpulannya adalah harus dilakukan penambahan kapasitas, baik di operator maupun regulator.
"Infrastruktur harus dikembangkan paralel dengan kebutuhan masyarakat. Dengan pertumbuhan penumpang yang tinggi, berarti jumlah pesawat yang melayani juga bertambah, jumlah trafik navigasi penerbangan juga naik dan bandara makin sibuk. Jadi semua operator terlibat dan harus mengantisipasinya," kata Agus.
Meski demikian, kata Agus, pengembangan kapasitas juga harus melalui perhitungan yang cermat antara naiknya layanan yang bisa disediakan dan biaya yang dikeluarkan."Misal, pembangunan landas pacu ketiga di Bandara Soekarno-Hatta, akan dilakukan berdekatan dengan landas pacu kedua sehingga sifatnya dependent, tidak berdiri sendiri. Hal ini dilakukan untuk menekan biaya, terutama dalam hal pembebasan lahan, di mana untuk hal tersebut sekarang menghabiskan dana Rp 4 triliun," jelas Agus. (dtc)