Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Paris. Tersangka paling penting dalam serangan yang terjadi pada 13 November 2015 yang menewaskan 130 orang di Paris diadili di Belgia atas kasus baku tembak yang berujung pada penangkapannya.
Salah Abdeslam, seorang 'penjahat kelas teri' dari Brussels yang akhinya bergaul dengan para jihadis, harus menempuh perjalanan dari penjara di Prancis, tempat ia ditahan, menuju ibukota Belgia tiap harinya untuk menjalani persidangan.
Berikut adalah lima hal yang perlu Anda ketahui tentang pria yang dituduh memainkan peran kunci dalam serangan berdarah oleh kelompok yang menamakan diri Negara Islam (ISIS) di Eropa.
1. Dia bisa divonis penjara 40 tahun
Tiga perwira polisi Belgia dan seorang polisi dari Prancis terluka ringan saat seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ketika menggeledah sebuah properti di distrik Forest, Brussel pada 15 Maret 2016, sehubungan dengan serangan di Paris empat bulan sebelumnya.
Pada saat itu Abdeslam adalah orang yang paling dicari di Eropa tapi polisi tidak mencarinya pada hari itu juga. Seorang pria bersenjata tewas ditembak di tempat kejadian sementara dua pria lainnya, yang kemudian diidentifikasi sebagai Salah Abdeslam dan Sofien Ayari dari Tunisia, berhasil lolos.
Tiga hari kemudian mereka dilacak sedang berada di ruang bawah tanah di distrik Molenbeek, Brussels, dekat dengan rumah keluarga Abdeslam. Ketika polisi menyergapnya, Abdeslam ditembak dan terluka, sementara yang lainnya ditangkap tanpa luka.
Bersama Sofien Ayari, Abdeslam disidang karena melukai petugas polisi atas tuduhan percobaan pembunuhan "dalam konteks teroris" dan kepemilikan senjata api secara ilegal.
"Untuk tindakan ini, dia mungkin akan mendapat hukuman penjara hingga 40 tahun," kata Luc Hennart, ketua pengadilan Brussels kepada Reuters TV.
Sofien Ayari disebut oleh media Belgia telah berjuang untuk ISIS di Suriah, dilaporkan masuk Eropa melalui Yunani pada September 2015, berpura-pura sebagai pengungsi Suriah dan menggunakan nama palsu Monir Ahmed Alaaj dan Amine Choukri.
2. Abdeslam mungkin terkait dengan serangan di Brussels
Empat hari setelah penangkapannya, aksi tiga pengebom bunuh diri menyebabkan 32 orang meninggal dunia dan melukai 340 lainnya di bandara Brussels dan sebuah stasiun metro.
Jaksa Belgia percaya bahwa Abdeslam terkait dengan serangan di Brussels tapi tidak ada tuduhan yang diajukan.
Ia dianggap sebagai bagian dari sel ISIS yang disiapkan untuk melakukan serangan pada saat perayaan Paskah, tapi saat dia ditangkap, kelompok tersebut terungkap. Para jihadis mungkin khawatir bahwa penyamaran mereka sudah terungkap.
Pengacaranya kemudian mengatakan bahwa kliennya tidak mengetahui sama sekali tentang serangan tersebut.
3. Dia seharusnya meninggal di Paris
Menurut laporan Prancis, berdasarkan pengakuan yang dia sampaikan ke polisi setelah penangkapannya, di mana ia menceritakan bahwa ia mengemudikan mobil berpenumpang tiga penyerang lainnya.
Dia telah mengambil sabuk bom bunuh diri tapi gagal meledak dan membuangnya ke tempat sampah.
Setelah memberitahu penyidik bahwa sebelumnya dia berencana meledakkan dirinya di luar Stade de France, dia kemudian dilaporkan berubah pikiran.
Namun, radio Prancis mengutip bahwa dia mengatakan dalam sebuah pesan yang ditemukan di komputer yang dibuang di Brussels bahwa sabuk bunuh diri itu, memang, tak berfungsi.
"Saya sangat ingin berada di antara para martir [kesembilan tersangka penyerang lain, semuanya meninggal] namun Allah memutuskan secara berbeda karena ada kesalahan di sabuk saya," katanya seperti dikutip radio itu.
Seiring dengan 130 orang yang terbunuh di Paris, setidaknya 353 orang terluka saat sel ISIS berhasil menembak dan mengebom orang-orang tanpa pandang bulu, dengan sasaran serangan aula konser, bar dan stadion.
Abdeslam masih menunggu persidangan atas dugaan perannya dalam serangan tersebut. Dia sedang diselidiki atas dugaan pembunuhan terkait terorisme dan percobaan pembunuhan.
4. Dia telah berhenti berbicara
Sejak dipindahkan ke Prancis pada bulan April 2016, Abdeslam, 28, telah diinterogasi oleh penyelidik sebanyak lima kali, yang terakhir pada pertengahan November.
Dia konsisten menolak menjawab tiap pertanyaan.
Namun, menurut kantor berita AFP, dia dilaporkan menanggapi seorang perempuan yang menulis kepadanya di penjara, dengan mengatakan kepadanya "Saya tidak malu dengan siapa saya sebenarnya".
5. Dia pindah penjara
Pria Eropa yang paling dicari saat ini dipindahkan dari penjara tempatnya ditahan di selatan Paris, Fleury-Merogis, ke suatu penjara yang berdekatan dengan perbatasan Belgia, selama masa persidangannya.
Vendin-le-Vieil, dekat kota Lille di Prancis utara, dan sekitar 150km dari Brussels, adalah salah satu penjara dengan keamanan tertinggi di Prancis.
Abdeslam memiliki seluruh ruang untuk dirinya sendiri, sumber serikat pekerja mengatakan kepada AFP.
Penjara tersebut menjadi berita utama nasional pada 12 Januari setelah seorang narapidana jihadis menyerang penjaga dengan gunting dan pisau, yang memicu demonstrasi massal yang jarang dilakukan oleh petugas lapas.
Narapidana asal Jerman, Christian Ganczarski, menghadapi ekstradisi ke AS atas serangan 9/11 setelah menjalani 15 tahun hukuman penjara atas keterlibatannya dalam serangan al-Qaida di sebuah sinagoga di Tunisia yang menewaskan 21 orang.
Tidak ada rincian yang diberikan tentang pengaturan untuk mengangkut Abdeslam setiap hari ke Brussels.
Yang kita tahu adalah bahwa dia dikawal oleh sekitar 100 petugas polisi yang dikerahkan di dan di sekitar gedung pengadilan yang megah di Brussels setiap harinya, lapor kantor berita Reuters.
Helikopter mensurvei kota selama persidangan dan tempat parkir yang dekat dengan gedung pengadilan ditutup sementara, kata AFP.
Secara kebetulan, sidang terpisah yang terkait dengan serangan Paris sedang berlangsung di ibukota Prancis: Jawad Bendaoud dan Mohamed Soumah dituduh memberikan penginapan untuk penyerang dan terancam hukuman penjara enam tahun jika terbukti bersalah.
Orang ketiga, Youssef At Boulahcen, terancam lima tahun penjara jika dia dinyatakan bersalah karena gagal melaporkan sebuah kejahatan. (dtc)