Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Gegap gempita Oscar nyatanya tak selalu diterima baik oleh publik. Ajang ini tercatat beberapa kali diliputi aksi demonstrasi yang mengiringi berlangsungnya acara itu digelar.
Tahun ini, sebuah protes datang dari Rusia berkaitan dengan masuknya sebuah film berjudul 'Last Men in Aleppo' dalam nominasi. Film garapan sutradara Feras Fayyad itu tercatat ikut bersaing dalam nominasi Best Documentary Feature tahun ini.
'Last Men in Aleppo' mengambil latar perang sipil yang terjadi di Suriah. Keterlibatan Rusia dalam perang yang terjadi di antara Suriah dan Turki itu menjadi raport merah bagi Rusia.
Rusia tak hanya disorot lewat operasi militer yang mereka lakukan namun juga pelanggaran HAM di konflik tersebut.
Sejak 'Last Men in Aleppo' diketahui masuk dalam ajang Oscar, sejumlah media alternatif Rusia membuat laporan yang mendiskreditkan Feras Fayyad dna filmnya itu.
Fayyad disebut sebagai agen barat hingga menjadikan filmnya sebagai propaganda. Fayyad sendiri mengungkapkan filmnya jauh dari unsur politik yang menyelimuti konflik tersebut.
Aleppo, kota yang menjadi titik perebutan di antara Suriah dan Turki itu, hanya dijadikan latar cerita sebab di sanalah aliran pengungsi muncul.
"Film ini menggambarkan sisi kemanusiaan. Ini tentang orang-orang Suriah yang terjebak dalam tanggung jawab untuk membela negaranya atau menyelamatkan keluarganya," ujar Fayyad.
Apa yang diungkapkan Rusia dinilai menjadi kampanye hitam yang akan menghambat 'Last Men in Aleppo' di ajang Oscar. Namun yang lebih penting adalah, kisah film ini yang patut diketahui banyak orang.
"Kebenaran seharusnya diberi kekuatan untuk disebarluaskan," ujar Amy Ziering, sang produser 'Last Men in Aleppo'.(dth)