Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sepanjang 2017 tercatat mengalami depresiasi 0,6% dengan rata-rata Rp 13.385 per dolar AS. Pelemahan rupiah terhadap dolar AS di 2017 masih terbilang cukup stabil.
"Nilai tukar rupiah 2017 stabil dengan rata-rata harian depresiasi tipis 0,6% Rp 13.385. Pergerakan rupiah stabil karena masuk dana asing signifikan sejalan dengan perkembangan eksternal," kata Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara dalam Soft Launching CNBC Indonesia di Hotel Raffles, Jakarta Selatan, Kamis (8/2).
Ke depan, BI juga akan terus mewaspadai ketidakpastian dari keuangan global dan dampaknya ke nilai tukar rupiah.
Selain itu, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini berada di level Rp 13.602 berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate yang dirilis Bank Indonesia pada Kamis (8/2). Pelemahan Rupiah terhadap dolar AS terjadi sejak akhir Oktober 2017 lalu.
Mirza mengatakan, BI hadir di pasar uang untuk melakukan stabilisasi nilai tukar rupiah agar tidak terlalu mengalami pelemahan.
"Bank Indonesia pasti ada di pasar. Sama Bank Indonesia pada waktu inflow masuk besar, Bank Indonesia juga ada di pasar supaya tidak terlalu volatile. Kita juga cadangan devisa ya kan. Pada waktu ada volatility outflow kita juga ada di pasar menggunakan cadangan devisa yang kemarin kita ukur, hal-hal yang normal-normal aja," tutur Mirza.
Volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kata Mirza, membuat BI mewajibkan swasta dan BUMN melakukan hedging alias asuransi utang dalam bentuk valasnya. Upaya ini dilakukan agar jumnlah Utang Luar Negeri (ULN) tidak mengalami gejolak terlalu dalam jika rupiah mengalami pelemahan.
"Makanya BI buat aturan bahwa korporasi BUMN maupun swasta minimum 25% dari net kewajiban valas dia harus di-hedge. Nah hasil pemantauan BI majority korporasi itu patuh," ujar Mirza. (dtf)