Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Pertarungan 2 pasangan calon Gubsu/Wagubsu: Edi Rahmayadi-Musa Rajekshah (Eramas) nomor urut 1 dan Djarot Saiful Hidayat-Sihar Sitorus (DJOSS) nomor urut 2 secara resmi baru dimulai besok, seiiring dimulainya tahapan kampanye Pilgubsu 2018 pada 15 Februari. Kedua pasangan calon akan head to head memenangkan hati rakyat Sumut karena gagalnya JR Saragih-Ance Selian lolos sebagai pasangan calon.
Pengamat politik dari FISIP Universitas Sumatra Utara (USU), Dadang Darmawan menilai adalah pasangan DJOSS yang mendapat berkah jika JR-Ance akhirnya final tak ikut bertarung. Kesamaan basis pendukung di dataran tinggi dan pantai barat keduanya menjadi objek rebutan.
"Secara signifikan DJOSS yang diuntungkan oleh keputusan KPU, akan terjadi pertarungan head to head dengan Eramas," kata Dadang yang merupakan dosen di jurusan Administrasi Negara menjawab medanbisnisdaily.com, Selasa (13/2/2018).
Sejumlah faktor lain dinyatakan Dadang akan menentukan kemenangan DJOSS jika head to head dengan Eramas. Pilpres 2019, di mana Joko Widodo atau Jokowi kemungkinan besar akan kembali head to head dengan Prabowo secara langsung akan mempengaruhi kontestasi Pilgubsu 2018.
Merujuk pada Pilpres 2014, disebutkan Dadang, tidak ada perubahan menonjol terhadap peta pertarungan. Jokowi merupakan kandidat terkuat, di mana tak seorang pun ada yang bisa mengalahkannya.
"Jika kontestasi menuju Pilpres 2019 kian menguat, dukungan enam partai politik kepada Eramas belum tentu akan membuatnya menang. Justru DJOSS yang akan menang," papar Dadang.
Lebih jauh Dadang menyebutkan bahwa dibandingkan dengan figur, partai tidak cukup signifikan mempengaruhi pemilih dalam menentukan pilihannya. Partai lebih melihat bahwa Pilgubsu merupakan ajang pemanasan menuju Pemilu legislatif. Mereka berkeinginan kuat memenangkan legislatif di 2019.
"Partai lebih menghitung legislatif yang akan terpilih. Tidak peduli apakah Edy - Ijeck menang di Pilgubsu atau tidak," tuturnya.
Dukungan para relawan yang jauh lebih signifikan dibandingkan dengan partai terhadap DJOSS akan ikut menentukan kemenangan mereka. Saat ini bisa dikatakan semua relawan Jokowi pada Pilpres 2014 bergabung mendukung DJOSS.
Isu agama yang dipakai saat berkampanye, ujar Dadang, tidak akan signifikan untuk mengalahkan DJOSS. Kembali merujuk pada Pilpres 2014, saat itu Jokowi tidak seluruhnya kalah di pantai timur yang penduduknya kebanyakan beragama Islam. Hal serupa akan terjadi di Pilgubsu.
"Isu agama sudah lebih dahulu dipakai di Sumut dibanding DKI Jakarta, ternyata Jokowi menang. Sumut itu bukan DKI Jakarta dan Djarot bukan Ahok. Agama tidak akan berpengaruh di Pilgubsu nanti," paparnya.
Jika ditilik dari kekuatan figur, Dadang menyebutkan bahwa Djarot yang merupakan suku Jawa akan diuntungkan. Hanya dia satu-satunya calon yang berasal dari etnis Jawa.
Edy yang berlatar belakang militer adalah sosok yang tegas. Namun sarkastik. Sebaliknya, Djarot dan Sihar tampil senyap. Tidak terlalu banyak mengeluarkan pernyataan.
'Semua masyarakat bisa menilai Djarot jauh bertolak belakang dari Edy," kata Dadang.