Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Hari ini Bank Indonesia (BI) akan mengumumkan hasil rapat Dewan Gubernur BI. Salah satunya terkait suku bunga acuan atau BI 7-Days Reverse Repo Rate.
Ekonom dan bankir memprediksi BI akan mempertahankan suku bunga di level 4,25%. BI menetapkan suku bunga 4,25% sejak September 2017 lalu, kemudian selama 4 bulan dipertahankan pada level tersebut.
Peneliti The Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara memprediksi suku bunga acuan BI ditahan. Ini dikarenakan adanya tekanan eksternal yang mengalami eskalasi sejak terjadinya fenomena global sell off.
"Depresiasi rupiah hingga Rp 13.600 membuat BI harus menjaga suku bunga di level yang menarik bagi investor asing," kata Bhima, Kamis (15/2).
Dia menjelaskan, BI juga perlu memperhatikan yield spread yang makin sempit antara treasury bond bertenor 10 tahun dan surat utang pemerintah. Dalam kurun waktu satu bulan terakhir, yield treasury 10 tahun mencapai 2,85%. Sementara surat utang pemerintah Indonesia yield-nya di kisaran 6,4%.
Menurut dia, jika yield spreadmenyempit maka investor akan memilih treasury bond di AS. Dorongan Fed rate yang akan naik 3 kali juga menambah ketidakpastian arus modal asing. Potensi capital outflow masih besar dalam beberapa bulan ke depan.
"Ruang pelonggaran moneter bisa dikatakan sudah sempit sekali bagi BI untuk utak atik suku bunga," ujar Bhima.
Selain itu faktor inflasi dalam negeri juga berpengaruh. Inflasi diperkirakan masih cukup tinggi didorong inflasi pangan akibat mahalnya harga beras, cabai dan ayam karena masalah cuaca.
"Potensi penyesuaian harga BBM bersubsidi dan tarif listrik juga berpotensi mengerek naik inflasi," jelas dia.
Direktur utama PT Bank Mayapada Internasional Tbk Hariyono Tjahjarijadi mengungkapkan suku bunga acuan BI diperkirakan tetap di angka 4,25%. Hal ini karena seluruh indikator praktis sudah baik, kecuali kurs nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang agak bergejolak karena faktor eksternal.
"Namun dari faktor-faktor internal atau domestik seperti inflasi, likuiditas pasar keuangan pertumbuhan ekonomi neraca pembayaran dan perdagangan semuanya relatif baik," kata dia.(dtf)