Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Ketua Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP) Yudi Latief mengatakan perayaan Imlek di Indonesia merupakan wajah keberagaman budaya dan agama di Indonesia. Yudi mengutip analogi Presiden RI ke-1, Soekarno, tentang Indonesia.
"Dalam hal ini teringat pada Bung Karno, itu ibaratnya satu rumah besar yang punya suku yang banyak. Kalau di bahasa jawa namanya sikil, dalam bahasa Sunda itu namanya kaki. Indonesia itu ingin punya banyak kaki yang menopang kemanusiaan. Salah satu yang disebutkan adalah kaki Jawa dan kaki Sunda, kaki Tionghoa," kata Yudi di Vihara Dharma Bhakti, Jl Kemenangan III, Petak Sembilan, Tamansari, Glodok, Jakarta Barat, Jumat (16/2/2018).
Kembali mengutip analogi Presiden Soekarno tentang Indonesia, Yudi menjelaskan keragaman suku, ras dan agama di Indonesia tidak akan menjadi masalah jika masyarakat kembali mengingat identitas bangsa.
"Maka seperti dikatakan Bung Karno, cara beragama sejati menjadi seorang Islam harus jadi Islam yang sesuai dengan kenyataan. Harus berislam Indonesia. Tidak seperti Islam Arab. Kita jadi Katolik, harus Katolik Indonesia. Tionghoa juga Tionghoa Indonesia," ujar Yudi.
Perayaan Imlek di Vihara Dharma Bhakti dinilai Yudi sebagai salah satu pemandangan indahnya hidup berdampingan di tengah keberagaman. Dia menyebut hal yang mengganggu kedamaian di tengah keberagaman adalah politisasi identitas.
"Di kelenteng ini, melihat satu wajah yang damai. Orang-orang Tionghoa bisa duduk berdampingan dengan suku lain. Dari Bali, Sunda. Sama sekali enggak ada masalah. Yang ada masalah di kita yaitu politisasi indentitas. Itu yang menganggu kenyataan kalau kita ini bisa hidup damai di dalam keragamaan," ucap Yudi.
"Oleh karena itu di tahun-tahun politik ini, pesannya (UKP PIP) adalah bagaimana kita jangan sampai melakukan politisasi indentitas yang kita damai, jangan justru mengoyak kenyataan kedamaian Indonesia," sambung dia.
Sementara itu, Dewan Pengarah UKP PIP Try Sutrisno meminta kepada masyarakat agar tetap mengingat sejarah Indonesia di mana dalam sejarah berdirinya, Indonesia merupakan negara hasil bersatunya macam-macam suku dan agama.
"Saya minta kepada generasi yang ada di Indonesia ini dan segenap bangsa keturunan apa saja, untuk tetap belajar sejarah. Mempelajari kebudayaannya sendiri supaya kita dengan budaya tadi bila ditakdirkan Tuhan seperti ini (beragam), kita akan tampil sebagai bangsa yang besar di dunia," jelas Try.
"Oleh karena itu saya minta kepada generasi muda jangan sampai kendor, jangan sampai lemah, jangan sampai menyepelekan peninggalan founding father yaitu pancasila," imbuh Try.
Sedangkan Mahfud MD yang juga menjabat sebagai Dewan Pengarah UKP PIP, mengartikan ramainya perayaan Imlek sebagai simbol kerukunan."Ini memang nggak ada kaitannya dengan keagamaan. Ini budaya. Penanda peradaban yang sangat kuat dan bagus. Imlek ini malah bisa melambangkan kerukunan. Imlek itu justru mempersatukan loh," tutur Mahfud. (dtc)