Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Washington DC. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengomentari dakwaan mencampuri pemilihan presiden (pilpres) AS oleh 13 warga negara Rusia. Trump menjadikan dakwaan itu sebagai bukti bahwa tim kampanyenya tidak berkolusi dengan Rusia semasa pilpres 2016.
"Rusia memulai kampanye anti-AS mereka tahun 2014, jauh sebelum saya mengumumkan bahwa saya akan mencalonkan diri menjadi presiden," tegas Trump via akun Twitter-nya, @realDonaldTrump, seperti dilansir AFP, Sabtu (17/2). Pernyataan Trump itu seolah menekankan pada detail dakwaan yang menjadi bukti tim kampanyenya tidak terlibat praktik kolusi dengan Rusia.
"Hasil pemilu tidak terpengaruhi. Tim kampanye Trump tidak melakukan pelanggaran -- tidak ada kolusi!" imbuhnya. Trump merujuk pada isi dakwaan yang tidak mengindikasikan adanya keterlibatan warga negara AS, juga tidak menyimpulkan apakah intervensi Rusia ini mempengaruhi hasil pilpres 2016 yang memenangkan Trump.
Dalam dakwaan yang dirilis jaksa khusus Robert Mueller pada Jumat (16/2), disebutkan 13 warga negara Rusia juga tiga perusahaan Rusia telah menjalankan kampanye rahasia untuk mengiring pilpres AS tahun 2016. Dakwaan itu merinci operasi gelap Rusia yang dimulai tahun 2014 dan bertujuan memecah-belah AS serta mempengaruhi perpolitikan AS termasuk pilpres 2016.
Dalam pernyataan terpisah via Gedung Putih, Trump mendorong seluruh warga 'untuk bersatu sebagai warga Amerika untuk melindungi integritas demokrasi dan pemilu kita'.
"Kita tidak bisa membiarkan mereka yang berupaya menebar kekacauan, perpecahan dan kebencian, berhasil," ucap Trump dalam pernyataan itu. "Ini saatnya kita menghentikan serangan partisan, tudingan liar dan palsu, dan teori-teori yang tidak diyakini kebenarannya, yang hanya akan meladeni agenda-agenda aktor jahat, seperti Rusia, dan tidak melakukan apapun untuk melindungi prinsip-prinsip institusi kita," imbuhnya.
Dalam dakwaan itu, Mueller menduga mulai pertengahan tahun 2016, tim Rusia yang diarahkan oleh Yevgeny Prigozhin -- sekutu dekat Presiden Rusia Vladimir Putin -- fokus pada melambungkan Trump dan menjatuhkan capres Partai Demokrat, Hillary Clinton, dalam kampanye pilpres AS.
Diduga, tim Rusia itu melibatkan ratusan orang yang bekerja secara bergiliran dengan anggaran jutaan dolar Amerika. Menurut dakwaan ini, sejumlah anggota tim Rusia menyamar menjadi warga negara AS di Facebook, Twitter, YouTube dan Instagram, dan memposting konten-konten yang mempengaruhi 'sejumlah besar' warga AS.
Disebutkan dalam dakwaan bahwa tim Rusia ini sempat berkomunikasi dengan sejumlah anggota tim kampanye Trump. Namun disebutkan bahwa anggota tim kampanye Trump itu 'tidak mengetahui' aksi intervensi Rusia saat itu. (dtc)