Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Tarutung. Pengrajin tenunan ulos Batak di Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Sumatra Utara mengeluhkan kelangkaan bahan baku benang yang sudah terjadi sejak Januari lalu.
Ompung Maranatha boru Hutapea (60), pedagang benang di Pekan Tarutung ditemui medanbisnisdaily.com, Sabtu (17/2/2018) menerangkan, awal Januari hingga saat ini, benang untuk tenunan ulos Batak jenis benang 100 atau cotton, langka dan bahkan kosong.
"Kami bingung, kelangkaan benang 100, baru kali ini terjadi di daerah ini. Kami sebagai pedagang, tidak tau apa penyebabnya. Alasan distributor, benang tidak diekspor dari negara India,"terang Ompung Maranatha.
Keperluan benang 100, jelas Ompung Maranatha, digunakan petenun untuk bahan baku ulos Batak, tenun songket dan lainnya.
"Kasihan para pengerajin tenun, silih-berganti dari pagi hingga sore, ingin membeli benang 100, tapi tidak ada. Kasihan mereka, penghasilannya dari tenunan yang diharapkan untuk membiayai kebutuhan hidup keluarga, terpaksa menganggur karena tidak ada bahan baku," ujarnya.
Salah satu pedagang benang di pekan Tarutung yang enggan disebutkan jati dirinya mengungkapkan, kelangkaan benang tenunan ditenggarai jadi ajang politik yang dimanfaatkan untuk suksesi kandidat kepala daerah.
"Terjadinya kelangkaan benang tenunan, karena diduga untuk suksesi kepala daerah. Benang ditumpuk/dimonopoli untuk dibagikan kepada petenun yang dianggap sebagai pendukung alah satu calon," sebut pedagang tersebut.
Salah seorang petenun yang tidak bersedia disebutkan namanya mengutarakan, baru-baru ini ada salah satu calon yang turun ke Tarutung dan membagi-bagi benang kepada pengerajin tenunan ulos Batak.
"Tidak semua petenun yang diundang dalam acara itu. Iya, kami pun tidak mendapat benangnya. Mungkin ini salah satu faktor penyebab kelangkaan benang, karena ada yang monopoli pasar," tutur alah seorang spengerajin tenunan ulos Batak lainnya.
Para pengerajin tenunan ulos Batak di Taput mengharapkan perhatian pemerintah guna menyikapi kelangkaan benang.