Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Setiap tanggal 21 Februari masyarakat dunia merayakan Hari Bahasa Ibu. Peringatan Hari Bahasa Ibu itu ditetapkan oleh UNESCO sejak 17 November 1999.
Di berbagai negara di belahan dunia pun merayakan perayaan ini dengan berbagai pentas sastra yang mengangkat sastra etnis negara masing-masing. Namun di Indonesia Hari Bahasa Ibu Internasional terbilang kurang populer. Sama hal dengan kondisi bahasa ibu itu sendiri yang semakin terabaikan.
Dari data Kemendikbud 2017 disebutkan ada kurang lebih 700 bahasa daerah di Indonesia. Dari jumlah itu ada 67 yang terancam punah. Lebih dari 50 persen lainnya berada dalam kondisi kritis dimana jumlah penuturnya tidak sampai 1 juta orang.
Malah dalam sejumlah penelitian disebutkan ada 13 bahasa daerah yang telah punah terutama di daerah Maluku. Salah satu penyebabnya adalah generasi muda yang tak lagi tahu bahasa ibunya, terutama mereka yang tinggal di kota-kota besar.
Hal itu juga diakui novelis asal Sumut, Embar T Nugroho kepada Medanbisnisdaily.com, Senin (19/2/2018). Embar mengakui di zaman now sekarang ini, bahasa ibu sudah tidak dianggap lagi penting. Terkhusus di Sumut, Embar menyebut anak-anak muda di Sumut lebih suka menggunakan bahasa Jakarta dengan logat Betawi dibanding bahasa ibunya sendiri.
"Gimana mau terjaga kalau penuturnya tidak ada lagi," katanya.
Kritik sama juga disampaikan salah seorang editor di salah satu media terbitan Medan, T Agus Chaidir. Agus yang juga seorang sastrawan ini menyentil banyaknya penulis yang lebih bangga pakai bahasa asing ketimbang pakai bahasa ibu.
"Bukan cuma judul tulisan, isi tulisan pun bertaburan bahasa asing. Bahkan nama samarannya dibikin atau dimirip-miripkan dengan nama orang asing," katanya.
Di Sumut sendiri telah ada Peraturan daerah (Perda) No 8 Tahun 2017 tentang Pengutamaan Bahasa In donesia dan Perlindungan Bahasa dan Sastra Daerah. Perda ini mengharuskan penggunaan bahasa Indonesia di ruang publik termasuk dalam konsumsi media.