Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Rencana pemerintah yang mau menarik pajak jual beli via media sosial (medsos) menimbulkan beragam respons. Salah satunya mempertanyakan kemampuan dari Direktorat Jenderal Pajak sendiri yang sulit menarik pajak dari perusahaan-perusahaan medsos.
Gilang, pemilik Kepiting Nyinyir yang tenar di Instagram mengaku bingung dengan sikap pemerintah. Menurut dia seharusnya pemerintah terlebih dulu menarik pajak dari Instagram, Facebook dan lainnya.
Sebab untuk berjualan di Instagram ada layanan iklan berbayar bagi akun bisnis. Itu artinya Instagram yang kini dimiliki Facebook juga mendapatkan pemasukan dari penjual online.
"Di Instagram ada layanan berbayar untuk iklan. Kita beriklan di Instagram secara resmi. Beriklan itu ada biayanya dan itu seharusnya sudah ada pajaknya," katanya saat dihubungi, Rabu (21/2).
"Pemerintah bisa menjadikan itu langkah awal untuk tarik pajak dari mereka lebih dulu. Banyak cara yang lebih efisien dari pada narik satu persatu," tambahnya.
Pemilik brand kaos Yajugaya, Randhy Pasetya pun sependapat. Meski pemerintah sudah dapat pajak dari Google, namun hingga kini pemerintah belum bisa menarik pajak dari Facebook.
"Miris memang, kami tunggu penerapannya agar tahu ke mana arah keberpihakan," tuturnya.
Sementara Ilham Pinastiko, pemilik dari jam tangan kayu Pala Nusantara mengaku menyiapkan biaya hingga Rp 15 juta per bulan untuk beriklan di Instagram.
"Budget per bulan Rp 15 juta, brand lainnya bisa sampai Rp 50 juta. Per klik per hari ada yang Rp 5 ribu sampai Rp 2 juta juga ada. Semakin mahal kliknya, jangkauan dan kontennya akan menyebar," terangnya.
Oleh karena itu dia berharap, pemerintah lebih dulu mengejar potensi pajak di perusahaan over the top (OTT) tersebut. Bukan malah membebani penjual online yang rata-rata masih berskala UKM.(dtf)