Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus Martowardojo menyampaikan perkembangan ekonomi Indonesia di depan puluhan delegasi IMF dalam rangkaian High Level Conference Annual Meeting 2018 dengan tema New Growth Models in a Changing Global Landscape. Acara ini diselenggarakan untuk menyambut acara utama IMF-World Bank Annual Meeting yang akan diselenggarakan pada Oktober nanti di Nusa Dua, Bali.
Agus menjelaskan, Indonesia di wilayah Asia Tenggara saat ini menempati posisi terbesar dan merupakan ekonomi terbesar ketiga di Asia.
"Kami menggabungkan GDP lebih dari US$ 2,4 miliar. Kawasan ini memiliki pertumbuhan yang stabil, tumbuh lebih dari 5% dalam dekade terakhir, berbeda dengan kontraksi yang terjadi pada 1997-1998. Tingkat inflasi juga stabil, rata-rata mencapai 3%," jelas Agus di Hotel Fairmont, Jakarta, Selasa (27/2).
Dalam acara ini hadir pula Managing Director IMF Christine Lagarde, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Mirza Adityaswara, Deputi Gubernur Senior BI, Perry Warjiyo, Deputi Gubernur BI.
Kondisi ekonomi Indonesia pun terbilang apik di antara negara-negara di Asia Tenggara. Kemampuan ekonomi Indonesia pun mampu bersaing dengan empat negara raksasa dunia lainnya.
"Wilayah ini diberkati dengan kelimpahan sumber daya, lokasi strategis, dan telah berada di perdagangan global terbesar keempat setelah China, Amerika Serikat, dan Jerman," kata Agus.
Untuk memperkuat peran dan posisinya sebagai salah satu pemain utama dalam ekonomi global, kestabilan ekonomi ASEAN harus didukung oleh pondasi politik dan ekonomi regional yang solid dengan didukung oleh kerja sama yang kuat di bawah naungan masyarakat ekonomi ASEAN.
Agus menjelaskan, negara-negara ASEAN sangat terlibat dalam berbagai inisiatif untuk mendukung integrasi ekonomi. Termasuk komunitas ASEAN yang mencakup kepentingan ekonomi, politik, dan sosial budaya dan memperluas kerja sama yang kuat dengan Jepang, China, dan Republik dari Korea.
"Indonesia adalah negara terbesar di ASEAN yang juga menjamin kontribusinya terhadap perekonomian daerah. Perekonomian Indonesia terus tumbuh dengan kokoh, dengan makro ekonomi dan stabilitas keuangan tetap terjadi," kata Agus.
Pencapaian lainnya yang tidak kalah penting adalah meningkatnya ekspor dan meningkatnya serapan belanja pemerintah. Hal ini pun berdampak pada pertumbuhan ekonomi 2017 sebesar 5,07%.
"Investasi yang lebih tinggi, dengan peningkatan ekspor, dan percepatan belanja pemerintah. Perekonomian tumbuh 5,07% pada 2017, pertumbuhan tertinggi sejak 2013," jelasnya.
Nilai tukar rupiah pun terbilang stabil dan cukup kuat dibandingkan mata uang negara lain. Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mengalami pelemahan 0,6% atau masih dalam batas aman.
"Stabilitas Rupiah juga didukung oleh capital inflowyang tumbuh pada aset cadangan resminya, pada akhir tahun tercatat tinggi US$ 132,2 miliar," jelasnya. (dtf)