Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Sebagai orang Jawa yang memahami benar falsafah para pendahulu, calon Gubernur Sumut Djarot Saiful Hidayat berusaha untuk tetap menjalankannya. Misalnya untuk kepindahannya ke rumah kontrakan baru, bersama istrinya Happy Farida dia merujuk pada ajaran leluhurnya.
Kata Djarot yang hari ini Kamis, (1/3/2018) pindah dari hotel ke rumah di Lingkungan X, Jalan Kartini No 6, Kelurahan Madras Hulu, Medan Polonia. Dia membawa sejumlah barang sebagaimana kebiasaan orang Jawa secara umum. Masing-masing barang bawaan tersebut ada falsafahnya sendiri-sendiri.
"Pertama, saya membawa sapu. Artinya adalah untuk membersihkan rumah dari agar nyaman didiami. Membersihkan sampah dan kemungkinan adanya niat jahat yang tidak diketahui," ujar Djarot yang juga mantan Gubernur DKI Jakarta.
Paparnya, barang berikutnya adalah tikar, bantal dan guling. Ketiganya digunakan saat beristirahat atau tidur. Selanjutnya lampu teplok atau dalam bahasa Jawa ublek. Gunanya untuk memerangi. Lebih filodofis lagi, ublek berfungsi Menghidupi orang hidup.
"Sebagai manusia yang hidup, kita akan lebih berguna jika mampu menghidupkan orang. Seperti Soekarno atau Wali Songo, mereka tetap bisa menghidupi orang walaupun sudah mati," ungkapnya.
Beras dan air adalah barang penting lainnya yang dibawa Djarot dan istri ke hunian barunya. Beras bermakna sebagai penganan khususnya bagi para tamu yang datang. Air untuk menyejukkan sehingga seisi rumah merasa tenang.
Tak lupa pada peresmian memasuki rumahnya Djarot juga mengundang Kepala Lingkungan X, Suardi, serta Lurah. Mereka diundang sebagai bentuk kedisiplinan kependudukan.
"Jangan angga remeh kepada Kepala Lingkungan, kalau ada apa pada warga merekalah yang paling repot," tegas Djarot.