Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Sukabumi - Calon Wakil Gubernur Jabar Dedi Mulyadi mengunjungi Kampung Cipancur, Desa Padaasih, Kecamatan Cisaat, Sukabumi, Jumat (2/3/2018). Dalam lawatannya kali ini Dedi bertemu dengan sejumlah tokoh masyarakat dan keluarga jompo.
Di tempat itu Dedi mewacanakan program sawah abadi. Hal itu disebut Dedi berdasar pada minimnya produktivitas sawah di Kabupaten Sukabumi.
"Di Cirebon saya menawarkan program penanganan banjir, di Bekasi 1 desa 1 dokter karena itu menjadi problem utama di sana. Untuk di Sukabumi kita bicara kemiskinan, rutilahu kedua hal itu sangat mudah diatasi cukup alokasikan anggaran kemudian diperbaiki. Nah untuk membuat masyarakatnya berdaya perlu ada dorongan salah satunya sektor pertanian," kata Dedi.
Dedi menyebut pemerintah propinsi harus turun tangan agar sawah di Jabar tetap kepada fungsinya dan tidak habis oleh sektor properti dan industri.
"Tadi saya berbincang dengan seorang ibu, beliau ini kuli menanam padi dengan sistem bagi hasil 1 banding 10 padahal di Subang 1 banding 6 begitu juga di Purwakarta. Kenapa begitu karena di sini luas sawahnya sangat terbatas, makanya berimbas pada mahalnya harga padi," lanjut dia.
Dengan pola bagi hasil yang seperti itu Dedi memastikan masalah sosial tidak akan selesai, karena harus menunggu selama 3 bulan hanya untuk bagi hasil 1 banding 10. "Pemilik dapat 1 kuintal, buruh hanya dapat 10 kilogram, ini kan bukan solusi untuk mengentaskan problem sosial," sambungnya.
Solusi yang bisa dilakukan disebut Dedi adalah pemerintah turun tangan menahan desakan kepentingan properti dan industri dan lebih pro kepada dunia pertanian.
"Pemprov ke depan harus punya sawah baru dan membeli areal-areal lahan untuk dijadikan sawah abadi kita dorong kembali sektor pertanian, beli sawah gunakan sebagai sawah abadi milik pemerintah tetapi digarap oleh masyarakat biar kemiskinannya selesai," beber dia.
Saat berjalan di gang pemukiman warga, Dedi tiba-tiba Dedi dihadang Mak Ijah (70) yang memintanya untuk mampir dan melihat rengginang buatannya.
"Keun hayu urang tingali, bumi emak dimana," (ya sudah ayo kita lihat, rumah emak dimana?) Tanya Dedi dengan logat sundanya.
Mak Ijah sudah lama ditinggal suaminya, dia tinggal sendiri dan menghidupi dirinya dengan mngolah dan menjual rengginang. Dalam satu hari dia hanya memperoleh rata-rata Rp 24 ribu, uang itu menurutnya cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
"Kalau saya minta-minta malu, makanya saya berusaha sendiri membuat rengginang. Mengeluh juga tidak akan merubah hidup saya, apa yang bisa saya lakukan ya saya lakukan," tutur Mak Ijah kepada Dedi.
Ternyata ada maksud tersembunyi dibalik ajakan Mak Ijah kepada Dedi Mulyadi, dia berharap agar jualannya dikenal secara luas oleh masyarakat di Sukabumi karena melihat iring-iringan Dedi diliput oleh sejumlah awak media.
"Hoyong disorot kamera (ingin disorot kamera) supaya usaha saya maju, bapak Dedi ke rumah saya bantu promosi. Siapa tahu jadi banyak yang pesan," lanjutnya.
Dedi Mulyadi mengaku terkesan dengan Mak Ijah, pengalaman pertama baginya menemukan seorang tua hidup sendiri dan mampu mandiri mencari rejeki.
"Usaha demi Rp 24 ribu, beliau tidak bercerita tentang kesusahannya. Alangkah bagusnya jika ada banyak yang seperti Mak Ijah, dia tidak meminta dan optimis ketika menjalani usahanya," tutur Dedi.
Dedi berkeinginan seluruh warga Jabar mempunyai keinginan untuk berdiri dan berusaha. Salah satu kuncinya adalah peranan pemerintah dalam membuat warganya berdaya.
"Kita berikan program yang tepat sasaran, berikan program yang memakmurkan selama sebagai pemimpin mau mendengar dan melakukan apa yang diharapkan atau diinginkan oleh warganya," tandas Dedi. dtc