Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Dulu orang dilarang mencoret-coret tembok. Mereka yang mencoret-coret di tembok itu akan dibilang jahil. Tapi sekarang justru terbalik. Tangan-tangan jahil itu justru dibayar mahal.
Seperti yang dirasakan Fedricho Purba, mahasiswa tingkat akhir jurusan seni rupa Unimed. Kejahilan tangannya justru diminati orang-orang.
"Sekaranv seni mural bayarannya lumayanlah bang.Memang tergantung ukuran & tingkat kesulitannya. Sistemnya penawarannya pun berbeda-beda. Ada yang dibayar per gambar ada juga yang berupa borongan.
Yang borongan misalnya dihitung per luas tembok yang mau digambar. Harganya jutaan untuk ukuran tembok 3x4 meter. Bisa lebih mahal kalau konsepnya 3 D (3 dimensi)
Sedang untuk per gambar tergantung ukuran dan motifnya. Lukisan yang sifatnya dekoratif berbeda dengan objek realis. Mural realis lebih mahal dibanding yang dekoratif, katanya.
Itupun ada aturannya, terkait ukuran minimalnya, kata Fedricho. Harganya per 1 x 1 meter mulai dari ratusan ribu sampai jutaan rupiah, katanya.
Karya mural Fedricho dalam beberapa tahun terakhir semakin dikenal publik seni di Sumut. Salah satu ciri khasnya adalah mengangkat idiom-idiom budaya dan sejarah. Lukisan-lukisannya itu tidak 'berdiri sendiri" namun diberinya bobot berupa kritik satir.
Fedricho juga kerap mengkombinasikan idiom-idiom budaya itu dengan semangat kontemporer. Hal itu diakuinya sebagai kritiknya terhadap modernitas yang menurutnya telah menggerus nilai-nilai tradisi.
Misalnya lukisan dua tangan terputus yang saling memberi dan menerima sebuah arketif orang Batak Toba seperti yang terukir di tongkat Tunggal Panaluan. Lukisan itu mengambil view Danau Toba, sebagai backgroundnya. Kombinasi itu semakin membuat lukisan itu semakin bernyawa.
Karya-karya Fedricho Purba yang baru saja menggelar pameran tunggal di Taman Budaya Sumatera Utara, 15-17 Mei 2017 dapat diakses di muralmedan.com sebuah ruang pameran di dunia maya yang dikelolanya.