Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. Daya kreatifnya luar biasa. Insipirasi menulis dan semangatnya tidak terbatas. Puluhan buku sudah ia terbitkan. Materi yang ditulisnya pun beragam. Fiksi dan nonfiksi. Selain menulis, ia juga seorang ilustrator.
Selama 5 tahun, dari 2006-2011, ia menjadi ilustrator di sejumlah media di Jakarta. Salah satunya Majalah Prajna. Selain itu, ia juga bekerja sebagai desain grafis untuk sejumlah logo produk
Dialah Lea Willsen. Penulis dari Sumatera Utara, penyandang disabiltas yang cukup populer di kalangan penulis tanah air. Keterbatasan fisik tak membuat Lea rendah diri. Ia terus berkarya melampaui batas-batas normal.
Puluhan buku panduan desain grafis telah ia terbitkan. Antara lain, "Desain Grafis bagi Pemula"(2018) Tutorial “Mahir Membuat Film Animasi 3D”, (2017) "Game Flash Kreatif Tanpa Pengodean” (2016).
Selain itu, ia juga terlibat dalam penerbitan buku antologi sastra seperti “Apollo’s Tears” (2011). Antologi “Imagine of Souls” (2010). Antologi “Simfoni Imaji” (2010). Antologi “Suara-Suara Adam”, bersama para sastrawan dari empat negara Asia Tenggara; Indonesia; Singapura; Malaysia; dan Brunei Darussalam untuk bencana alam ( 2010).
"Saya tidak memiliki rekam jejak akademisi karena keterbatasan fisik saya. Semua saya pelajari secara otodidak," katanya pkepada medanbisnisdaily.com, Senin (5/3/2018).
Lea Wilsen lahir 5 Maret 1989 di Medan. Anak bungsu, satu-satunya laki-laki dari empat bersaudara ini mengalami kelumpuhan sejak lahir. Namun keterbatasan fisik itu justru memacunya untuk menjadi orang yang luar biasa.
"Saya ingin bersaing secara sehat dengan para penulis lain, bukan karena empati atas kekurangan fisik saya," katanya mengakhiri.