Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Medan. "Si kuning" ini adalah ikon Kota Medan. Ia termasuk kendaraan umum yang telah berusia lanjut. Dalam catatan Koperasi Umum Pengangkutan Medan (KPUM), Sudako disebut sudah beroperasi di Medan sejak awal tahun 1970. Meski sudah uzur tidak membuat ia kehilangan pamor.
Sekalipun dalam beberapa tahun terakhir, jenis kendaraan umum dalam kota di Medan terus bermunculan, termasuk yang berbasis online seperti sekarang ini, nyatanya peminat Sudako tetap banyak. Mereka terbilang penumpang fanatik.
Sudako memilik banyak keunikan. Bentuknya kotak dengan pintu belakang dan bangku saling berhadapan. Jarak di antara bangku itupun cuma setengah meter. Sehingga penumpang harus bersinggungan lutut. Wajah saling berhadapan. Hal itu mencairkan suasana di dalam angkut. Interaksi sosial tidak terhindarkan. Tidak heran suasana di dalam Sudako bisa begitu riuh.
Keunikan lain yang tidak dimiliki kendaraan umum manapun ada pada bel komunikasi. Bel itu satu-satunya alat komunikasi penumpang dengan supir yang dibatasi sekat kaca. Kalau kebetulan bel itu rusak, maka penumpang harus mengetuk-ngetuk kaca pembatas itu. Kadang kalau terlalu kuat mengetuk atau terlalu sering, bisa supir marah.
Karena keunikannya itu, Dapot Sinaga, salah seorang supir "senior" Sudako 03 yang berdomisili di Martoba, Medan Amplas sampai menyebut Sudako sebagai transportasi rakyat.
"Langganan kita par pasar pagi (ibu-ibu pedagang pasar tradisional). Satu orangnya sewanya tapi barangnya yang banyakan. Awak supir awak juga kernet. Mengangkat dan menurunkan barangnya ke atas mobil," kisah Dapot pada medanbisnisdaily.com, Rabu (7/3/2028). Memang barangnya itu kita hitung sewa. Ongkosnya pun bisa lebih mahal.
"Dulu Sudako ini langganan par pasar pagi. Jam 3 pagi di nunggu orang itu di pinggir jalan. Adapun angkot yang lewat nggak mau orang itu. Harus Sudako. Tapi setelah 38 ada mereka pindah. Tapi bukan berarti semuanya. Masih ada juga yang tidak biasa kalau nggak naik Sudako," imbuhnya.
Menurut berbagai sumber, kata Sudako merupakan sebuah singkatan. Ada yang menyebut Sudako singkatan dari Sarana Umum Dalam Kota. Sebagian lagi mengatakan singkatan dari Suzuki, Daihatsu dan Colt. Pendapat lain, Sudako adalah singkatan dari Sumatera Daihatsu Company.
Di Medan Sudako adalah generasi kedua moda transportasi darat yang dirintis oleh Koperasi Pengangkutan Umum Medan (KPUM). Generasi pertama adalah bemo.
Dari catatan KPUM dijelaskan, Sudako diperkenalkan di Medan tahun 1970-an. Di awal-awal kehadirannya, merek Sudako yang dikenal antara lain, Suzuki, Daihatsu dan Colt. Itulah alasannya mengapa sebagian orang berpendapat istilah Sudako itu berasal dari penggabungan 3 merek ini.
Yang pasti hingga kini tak ada yang berubah dari Sudako. Baik warna, bentuk (interior dan eksterior) bahkan trayeknya. Disebutkan, mula-mula trayek pertama Sudako 01 adalah SM Raja-Pasar Merah yang kini dikenal dengan Jalan HM Jhoni. Lalu meluas ke Jalan Amaliun dan Pusat Pasar Sambu.
Si "Kotak Kuning" ini pun sempat merajai Kota Medan. Trayeknya memang tak begitu panjang, namun cukup strategis. Misalnya Sudako 03 trayeknya dari perbatasan Medan-Tanjung Morawa sampai ke Sambu.
Sudako 04 trayeknya dari Jalan Pertahanan Patumbak-Sambu-Pasar 4 -Jalan Pancing (Unimed). Sedangkan trayek Sudako 05 Jalan SM Raja-Marindal dalam (Simpang Kongsi).
Khusus di trayek Sudako 05 adapula angkot lain yang mirip Sudako. Bedanya hanya warna. Jika Sudako kuning, kembarannya ini merah-hijau. Orang Medan biasa menyebutnya Kocan.