Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Samosir. Kondisi jalan akses utama Desa Huta Ginjang, Kecamatan Simanindo, Kabupaten Samosir, sudah sangat memprihatinkan. Kondisi itu sudah bertahun-tahun lamanya, namun tak kunjung mendapat sentuhan pembangunan/perbaikan
Menanggapi hal itu, Bupati Samosir Rapidin Simbolon melalui pesan whatsaap, kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (9/3/2018), mengatakan, kalau itu bohong, dan tiba-tiba menyinggung nama Sebastian Hutabarat.
Sebastian Hutabarat adalah aktivis dari Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT), korban penganiayaan saat sedang mengunjungi tambang batu di Kabupaten Samosir pada 15 Agustus 2017
"Kepada yang saya kasihi Ibu/Bapak Althea Christanty Foo-Sebastian Hutabarat. Ada info dari Media sosial (Medsos) yang anda share, bahwa jalan poros Tomok-Lontung tidak ditangani oleh Pemerintah Samosir. Itu adalah bohong. Kami sudah menangani sepanjang 5,5 kilometer dari 12 kilometer panjang jalan tersebut, dengan total anggaran Rp 15 miliar lebih," terang Rapidin.
"Memang belum tuntas keseluruhan, karena keterbatasan anggaran. Dan tahun ini juga akan kami lanjutkan, termasuk perbaikan seluruh jembatan di Lontung," sambung Rapidin
Rapidin juga akan sangat mengapresiasi jika ada pihak yang membantu Pemkab Samosir untuk menambah anggaran. "Kami pastikan, bahwa kami sangat mencintai Bona Pasogit kami. Kalau Bapak/Ibu, maaf belum saya kenal. Jadi belum tau saya sejauh mana kontribusi anda untuk Samosir. Bila Ibu/Bapak untuk lebih mengetahui tentang Samosir, silahkan datang ke Samosir ketemu dengan saya," katanya.
Sebelumnya, Penjelajah Nusantara dengan menggowes sepeda, Yosef P Situmorang (69), warga Pekanbaru, bahkan turut prihatin melihat kondisi jalan rusak di Desa Huta Ginjang-Lontung. Ungkapan keprihatinannya itu, sudah disebarluaskan ke ruang publik melalui akun facebook miliknya, Selasa (6/3/2018).
"Katanya Pulau Samosir Negeri Indah Kepingan Surga, nyatanya inilah kondisi jalan poros ke Lontung. Sudah berulang kali saya suarakan untuk disampaikan kepada Bapak Bupati Samosir. Ayo anak-anak rantau, khususnya anak Lontung, ayo rame-rame ke Kantor Bupati Samosir, bertanya kapan lagi jalan ini diaspal hotmix," tulis Sitor, menyampaikan keprihatinannya.
"Ayo dukung dan viralkan. Saya mau jumpa langsung Bapak Bupati Samosir mewakili anak rantau," sambung Sitor P Situmorang, relawan tanam bambu-Go green Danau Toba ini dalam postingan facebooknya.
Kepada medanbisnisdaily.com, Jumat (9/3/2018), Sitor P Situmorang, menyampaikan, berkunjung ke Samosir sejak Sabtu (3/3/2018) dengan tujuan ziarah ke makam orangtuanya di Sihasapi- Lontung, juga untuk melihat perkembangan pohon bambu yang ditanamnya beberapa waktu lalu di Sihisapi.
Warga Tuk-tuk Siadong, Kecamatan Simanindo, Obby Sidabutar, juga turut prihatin dengan kondisi jalan rusak di Desa Huta Ginjang. Dimana, kondisi jalan rusak sepanjang kurang lebih 7 kilometer itu, sudah berlangsung puluhan tahun.
"Wisatawan asal Eropa, sudah semakin banyak yang berkunjung ke daerah Lontung. Bahkan ada juga yang menginap di home stay milik ibu Ratna Uli Gultom dan di Thomas Heinle di Silima Lombu. Ada baiknya jalan ini diperbaiki Pemerintah," kata Obby.
Dua orang warga Desa Huta Ginjang-Lontung, Nasib Situmorang dan Jefta Rico Sinaga, bahkan sampai pesimis akan datangnya perbaikan jalan. "Kalau kami lae, sudah bosan. Puluhan tahun tidak ada perbaikan jalan Lontung," kesal Nasib Situmorang.
Hampir senada, rasa pesimis datang dari Jefta Rico Sinaga. "Kalau saya, tidak lagi komentar. Mungkin Desa yang ada di kenegerian Lontung ini, tidak dianggap lagi bagian dari Kabupaten Samosir. Sudah jelas, semenjak pemekaran Kabupaten Samosir, jalan Tomok-Lontung tidak pernah disentuh untuk perbaikan," sebut Jefta Rico Sinaga.