Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Medan. Kendati setiap hari, telinga manusia selalu memproduksi kotoran (serumen), namun jangan terlalu membiasakan diri untuk sering membersihkannya.
Sebab, dokter spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan (THT) dr Wijaya Juwarna SpTHT-KL mengatakan, hal itu dapat memicu gumpalan serumen, apalagi sampai dilakukan dengan cara mengoreknya terlalu dalam.
"Kebiasaan membersihkan telinga terlalu sering cukuplah berisiko, karenanya haruslah dihindari. Sebaiknya, bersihkanlah telinga hanya sekali-sekali saja. Tidak perlu terlalu sering," ungkapnya kepada wartawan Jumat (9/3/2018).
Karena jelas Wijaya yang juga merupakan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Cabang Medan, sebenarnya telinga manusia mempunyai mekanisme sendiri untuk membersihkan dan juga mengeluarkan kotoran yang ada di dalamnya. Sehingga bila sering di korek, serumen akan semakin masuk ke dalam dan menumpuk dalam liang telinga, kemudian menggumpal dan pada akhirnya akan mengeras.
"Tanpa dikorek-korek dan dibersihkan menggunakan alat pembersih telinga (cotton buds) juga kotoran telinga sebetulnya bisa keluar dengan sendirinya," katanya.
Gumpalan serumen yang sudah mengeras itu, sambungnya, biasanya terjadi secara perlahan dan dalam waktu cukup lama, sehingga jarang orang menyadarinya. Umumnya gumpalan kotoran telinga ini baru diketahui ketika sudah menimbulkan dampak-dampak yang mengganggu, misalnya berupa gangguan atau keluhan indera pendengar.
"Serumen itu bentuknya menyerupai cairan lilin yang cukup lengket serta berwarna kuning. Ini merupakan hasil terjadinya sekresi dari kelenjar yang bernama seruminosa yang ada di liang telinga," terangnya.
Tetapi lanjut Wijaya, serumen sangat bermanfaat untuk melapisi kulit dari liang telinga dan juga melindungi telinga dari kerusakan dan juga infeksi. Tapi pada kondisi-kondisi tertentu, serumen bisa menggumpal dan mengeras seperti batu kemudian membentuk sumbatan serumen (serumen prop).
"Kotoran telinga sebenarnya berfungsi sebagai pelindung terhadap ancaman masuknya binatang-binatang ke dalam telinga. Adapun kotoran ini rasanya cukup pahit dan juga lengket sehingga jika ada binatang misalnya seperti semut yang masuk, maka bisa mati keracunan ataupun lengket menempel di serumen dan tidak dapat masuk menuju ke dalam telinga," paparnya.
Untuk itu, tambah Wijaya, jika kotoran telinga hampir tidak ada ataupun bersih sama sekali, maka binatang-binatang kecil akan mudah masuk serta merusak gendang telinga. Tentunya hal ini sangat fatal dan dapat menimbulkan ketulian.
"Jadi bagaimanapun juga, serumen atau kotoran telinga ini tetap dibutuhkan untuk melindungi telinga serta indera pendengaran kita," pungkasnya.