Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com-Jakarta. Fisikawan terkemuka asal Inggris, Stephen Hawking meninggal dunia dalam usia 76 tahun. Meski mendalami sains, Hawking rupanya juga mengamati situasi politik dunia.
Hawking pernah berkomentar atas pencalonan Donald Trump sebagai Presiden Amerika Serikat di tahun 2016. Hawking menyebut Trump sebagai demagog.
"Dia adalah seorang demagog yang sepertinya menarik bagi faktor persekutuan terendah," kata Hawking dalam sebuah wawancara televisi seperti dilansir CNN pada 31 Mei 2016.
Trump akhirnya memenangi Pemilu AS dan dilantik menjadi presiden pada Januari 2017. Hawking kembali berkomentar soal Trump setelah Presiden AS itu menarik negaranya dari perjanjian Paris.
"Kita sangat dekat dengan titik kritis di mana pemanasan global tak terelakkan lagi. Tindakan Trump bisa membuat Bumi masuk jurang, menjadi seperti Venus, dengan suhu 250 derajat dan hujan asam sulfat," ungkap Hawking seperti dilansir BBC, 2 Juli 2017.
Profesor fisika dan matematika itu amat perhatian dengan perubahan iklim. Menurut dia, perubahan iklim adalah hal yang berbahaya bagi umat manusia.
"Dengan menolak bukti adanya perubahan iklim, serta menarik diri dari Perjanjian Iklim Paris (Paris Climate Agreement), Donald Trump akan menyebabkan kerusakan lingkungan yang seharusnya bisa dihindari dari planet kita yang indah, membahayakan alam bagi kita dan anak-anak kita," ungkap Hawking.
Menolak 'Brexit'
Keputusan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa lewat referendum atau dikenal dengan istilah 'Brexit' (British Exit) turut menjadi perhatian Prof Stephen Hawking. Dia berpikir keputusan ini adalah bencana bagi sains di Inggris.
Hawking bersama para saintis mengirimkan aspirasi mereka dalam surat yang dikirimkan ke koran Times pada 2016. Salah satu yang mereka soroti adalah keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa bisa menyulitkan para periset atau pelajar untuk meneliti hingga menuntut ilmu dengan bebas di Eropa.
"Ada 2 alasan mengapa kita harusnya tetap (di Uni Eropa). Pertama adalah untuk mendukung mobilitas orang-orang. Siswa dapat datang ke sini (Inggris) dari negara-negara Uni Eropa, dan siswa Inggris dapat pergi ke universitas di negara Uni Eropa lainnya," ujar Hawking seperti dilansir CNN pada 31 Mei 2016.
Pertukaran pelajar, kata Hawking, sangat penting dalam pertukaran ilmu dan ide-ide. Hawking berpendapat, Inggris bisa terisolasi bila tak bisa bebas melakukan pertukaran ilmu.
Anti-Perang
Profesor penulis buku 'A Brief History of Time', Stephen Hawking, juga merupakan sosok yang anti-perang. Dia pun turut dalam aksi protes menentang perang Vietnam.
Hawking tampak dalam aksi menolak perang Vietnam bersama dengan Partai Buruh. Dia ikut beraksi bersama jurnalis Tariq Ali dan aktris Vanessa Redgrave.
Pada tahun 2004, Hawking juga memprotes invasi militer di Irak. Dia lalu menyampaikan belasungkawa terhadap korban-korban jiwa invasi di Irak.
Hawking menyebut invasi di Iraq didasari oleh dua kebohongan, seperti dilansir The Guardian pada 3 November 2004. Kebohongan itu adalah soal klaim senjata pemusnah massal dan kaitan dengan tragedi 11 September yang disebutnya terbukti tidak benar.
"Ini adalah tragedi bagi semua keluarga. Jika saya bilang ini bukan kriminal perang, lalu apa?" ungkap dia.(dtc)