Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jember. Cagub-Cawagub Jatim Khofifah-Emil dan Gus Ipul-Puti dinilai belum memberi gambaran arah pembangunan Jawa Timur ketika terpilih menjadi gubernur dan wakil gubernur. Dalam setiap kampanye, mereka hanya meminta masukan dan member gambaran solusi yang ada di masing-masing daerah.
"Saya lihat masih terfraksionalisasi saat proses kampanye. Di Jember ngomong ini, di daerah lain ngomong ini. Saya melihat masih belum ada satu sisi penuh ke depan Jawa Timur mau dibawa ke mana," ujar pengamat politik Universitas Jember (Unej), Rachmat Hidayat, kepada detikcom, Rabu (21/3/2018).
Menurut dosen Administrasi Publik Fisip Unej ini, baik Gus Ipul maupun Khofifah masih belum memberikan paparan mengenai visi misi dalam membangun Jawa Timur lima tahun ke depan. Dalam setiap kampanye, mereka masih terjebak dalam persoalan-persoalan yang dihadapi masing-masing daerah.
"Masih terkotak-kotak, atau jangan-jangan masih belum ada visi besar yang diusung bagaimana membangun Jawa Timur," tandas Rachmat.
Dia mencontohkan tagline dari pasangan Gus Ipul-Puti "Kabeh Sedulur Kabeh Makmur". Menurut Rachmat, sampai saat ini masih belum ada penjelasan kepada masyarakat apa maksud dari tagline tersebut dan bagaimana konsep pencapaiannya.
"Ini apa maksudnya, semuanya saudara semuanya makmur itu seperti apa. Visi ekonominya seperti apa, lalu dari sisi lainnya bagaimana, ini kan belum pernah tersampaikan ke masyarakat," kata Rachmat.
Rachmat justru melihat kedua pasangan itu lebih memilih menggandeng publik figur sebagai pendulang suara daripada fokus dalam menyampaikan visi misi. Salah satu buktinya adalah Gus Ipul menggandeng Via Valen dan Nella Karisma, sedangkan Khofifah menggandeng Rhoma Irama.
"Memang lebih mudah sih kalau calon gubernur itu menggandeng artis dangdut. Misalnya Via Valen di sisi Gus Ipul atau Rhoma Irama di sisi Khofifah. Itu memang lebih mudah daripada masyarakat diajak ngomong riil dalam membangun Jawa Timur nantinya," ungkap Rachmat.
Padahal, lanjut Rachmat, banyak sekali persoalan di Jawa Timur yang perlu solusi untuk disampaikan ke masyarakat. Baik persoalan dalam skala makro maupun mikro. Dan yang paling mendasar adalah persoalan konektivitas antarkota di kabupaten yang ada di Jawa Timur.
"Karena konektivitas ini merupakan background pembangunan. Kalau kita bicara Surabaya-Malang atau Surabaya-Jember saja kan tidak seramai sekarang. Kalau Surabaya-Jember saja sekarang ini 5 sampai 6 jam kalau naik mobil sendiri. Kalau beberapa tahun lalu masih lancar lah. Ini kan persoalan konektivitas yang mendasar," urai Rachmat.
"Okelah di beberapa kabupaten sudah ada bandara. Tapi konektivitas ini kan tidak hanya untuk kalangan menengah ke atas. Tapi kan bagaimana konektivitas ini bisa membangun ekonomi kerakyatan," sambung Rachmat.Dengan konektivitas yang baik, menurut Rachmat bisa berdampak ekonomi yang luar biasa bagi masyarakat. "Karena efeknya sangat besar di berbagai bidang. Mulai perdagangan hingga ke sektor pariwisata," pungkas Rachmat. (dtc)