Login • Lupa Password | Daftar segera dan nikmati pemasangan iklan baris secara gratis! |
Medanbisnisdaily.com - Jakarta. Presiden Joko Widodo (Jokowi) menilai kritik dan nyinyir berbeda. Secara linguistik, kritik dan nyinyir memang berbeda.
"Dalam bahasa Indonesia sekarang itu ada dua kata kerja yang hampir sama tapi artinya beda, yaitu mengkritik dan mengkritisi," kata guru besar linguistik Universitas Indonesia (UI) Prof Rahayu Surtiati saat berbincang, Kamis (22/3).
Dahulu makna mengkritik bisa bermakna mencela, bisa juga bermakna menimbang baik dan buruk sesuatu. Tapi kini, kata Rahayu, menimbang baik dan buruk identik dengan makna 'mengkritisi'.
Meski 'mengkritik' bisa juga bermakna 'mencela', tapi bukan berarti celaan adalah kritikan. Batasan 'mencela' dalam makna 'mengkritik' menurut Rahayu adalah 'benar' atau 'salah'.
"Semisal ada orang berpendapat, kemudian kita tidak sepakat lalu kita bilang 'itu salah'," ujar Rahayu.
Sementara itu 'nyinyir' menurut Rahayu jauh maknanya dari kritik. Dia bahkan menyebut kata 'nyinyir' mulanya adalah bahasa daerah.
"Nyinyir itu maknanya cerewet," kata dia.
Kembali ke soal kritik, Rahayu juga menjabarkan bagaimana kritikan yang baik itu. Menurut dia, kritik yang benar adalah memberikan solusi juga.
"Kritik yang baik itu yang membangun, jadi tak sekadar memberikan kelemahan, tapi kita juga memberikan jalan keluar," ungkap Rahayu. (dtc)